Kamis, 30 Juli 2009

Akidah Islamiyah

Keajaiban Alam Semesta
Bumi, langit dan seluruh alam semesta beserta seluruh isinya telah diciptakan oleh Alloh SWT. Kemudian semua itu dipelihara dan diatur oleh-Nya. Dari dulu hingga sekarang, bumi tetap pada posisi yang ideal. Andaikan terlalu dekat ke matahari seperti Venus, niscaya tidak akan ada kehidupan di dalamnya karena bumi terlalu panas dan beracun. Andaikan terlalu jauh seperti Mars, niscaya tidak akan ada yang hidup karena terlalu dingin dan tidak beroksigen. Dan anehnya, bumi tetap melayang pada posisinya.
Begitu juga planet-planet dan bintang-bintang. Semuanya berputar pada garis edarnya. Tidak ada yang bertabrakan. Tidak ada kehancuran. Kecuali meteor atau bintang yang sudah habis masanya. Dan itu pun tidak mempengaruhi sistem alam semesta. Kalaulah itu semua karena gravitasi, lalu dari manakah gravitasi itu? Semua menyimpulkan adanya peran Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa yang mengatur dan memelihara alam semesta.
Dan masih banyak lagi fenomena-fenomena di alam ini. Termasuk di bumi ini, misalnya fenomena munculnya hujan dan petir. Dan bahkan pada diri kita sendiri. Siapakah yang bisa menerangkan bagaimana jantung yang ada di dada kita dapat berdenyut tanpa kita suruh?
Lalu, apa yang akan terjadi apabila Tuhan itu lebih dari satu? Apa yang akan terjadi apabila ada dua saja tuhan yang mengatur alam semesta. Tentulah dunia ini sudah hancur sejak dulu.


PENGERTIAN
Secara bahasa, ‘Aqdun-‘Aqoid berarti akal atau ikatan. Maksudnya yaitu ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Alloh dan nilai-nilai Islam. Sedangkan secara istilah, Aqidah adalah suatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari.


URGENSI AKIDAH ISLAM DALAM KEHIDUPAN
Islam ibarat sebuah bangunan, sedangkan akidah merupakan dasar atau pondasi yang urgen (penting) bagi berdirinya bangunan Islam secara keseluruhan. Kuat lemahnya bangunan tergantung pada pondasinya. Meskipun bangunan itu terbuat dari besi dan beton, namun jika pondasinya terbuat dari kayu-kayu yang rapuh, maka bangunan yang kuat tadi akan menjadi bangunan yang mudah roboh. Sehingga semakin besar suatu bangunan, maka semakin membutuhkan pondasi yang kuat dan menghunjam ke bumi. Hal lain yang dapat dipetik dari hakikat ini adalah kita harus membangun pondasi (asas) terlebih dahulu sebelum mendirikan bangunan.
Akidah yang kuat diumpamakan sebagai pohon yang baik yaitu akarnya menghunjam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdiri kukuh, tidak mudah tergoyahkan meskipun diterjang oleh badai, dan pohon itu memberikan buah yang ranum lagi menyenangkan. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Ibrahim:24-25
Kekuatan akidah yang seperti itu akan memancar dari sikap hidup dan perilaku pemiliknya. Semua amal perbuatannya berasas dan berasal dari akidah Islam yang merupakan pantulan sinar keimanan dan aplikasi yang nyata atas keyakinan “laa ilaaha illallah”. Sedangkan setiap perbuatan yang tidak bersumber dari akidah Islam, maka tidak akan bernilai dan sia-sia belaka. Sebagaimana firman Alloh dalam QS. Ibrahim :18
Berikut ini adalah beberapa pentingnya akidah Islamiyah bagi kehidupan seorang Muslim :
1.Kemerdekaan Jiwa dari Kekuasaan Orang Lain
Sifat itu timbul karena keimanan yang sebenar-benarnya kepada Alloh, sehingga akan memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Alloh sajalah yang Mahakuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian, memberikan ketinggian kedudukan, menurunkan dari pangkat yang tinggi, juga hanya Dialah yang dapat memberikan kemudaratan dan kemanfaatan kepada seorang manusia. Selain tak ada yang kuasa melakukannya. Firman Alloh : QS.Al-A’raf :188.
Sebenarnya sebab utama yang mengekang manusia sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas dan cepat, juga yang menjadi penghalang terbesar untuk mencapai kemajuan ialah sikap tunduk dan patuh pada orang lain. Sikap kediktatoran dari orang atau golongan lain itulah yang menghambat segala macam kemajuan.
Dengan Islam maka segala macam penghambaan haruslah dilenyapkan, sedang sebagai gantinya harus dikembangkan kemerdekaan setiap orang dari kungkungan dan belenggu. Hanya kepada Allah lah kita pantas untuk tunduk dan patuh, bukan kepada orang atau makhluk lain.
Bilal telah memberikan pelajaran kepada orang-orang yang semasa dengannya, juga kepada orang di segala masa, suatu pelajaran berharga yang menjelaskan bahwa kemerdekaan jiwa dan kebebasan nurani tidak dapat dibeli dengan emas separo bumi, atau dengan siksaan bagaimanapun dahsyatnya.
Dalam keadaan telanjang ia dibaringkan di atas bara, dengan tujuan agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya, tetapi ia menolak. Maka budak Habsyi yang lemah tidak berdaya ini telah dijadikan oleh Rasulullah SAW dan agama Islam sebagai guru bagi seluruh kemanusiaan dalam hal menghormati hati nurani dan mempertahankan kebebasan serta kemerdekaannya.

2.Menumbuhkan Jiwa Keberanian dan Keteguhan untuk Membela Kebenaran
Kematian akan dianggap tidak berharga sama sekali, diremehkan, bahkan sebaliknya justru akan dicari secara syahid demi menuntut tegaknya keadilan dan kejujuran serta kebenaran.
Apa sebabnya jiwa keberanian itu timbul? Sebabnya ialah karana keimanan mengajarkan bahwa yang kuasa memberikan umur itu tidak ada selain Alloh. Umur tidak akan berkurang disebabkan manusia menjadi berani dan terus maju, tetapi tidak pula akan bertambah dengan adanya sikap pengecut dan licik.
Alangkah banyaknya manusia yang mati di atas kasurnya yang empuk, tetapi banyak pula orang yang selamat di tengah berkecamuknya peperangan yang mahadahsyat dan pertarungan yang amat sengit. Alloh berfirman dalam QS. Ali Imran :145
Keberanian dan keteguhan membela kebenaran bisa kita lihat ketika Ibn Rawahah mengobarkan semangat kaum Muslimin dalam perang Muktah. Ketika nyali kaum Muslimin mulai menciut melihat tentara Romawi yang seakan tiada ujung akhir dan seolah-olah tidak terbilang jumlahnya, Ibnu Rawahah berseru, “ Kawan-kawan sekalian! Demi Alloh, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah! Kita tidak memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Alloh…!Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau syahid di jalan Alloh…!”
Keimanan yang menghunjam dalam dadanya telah memunculkan keberanian sehingga ia tidak gentar menghadapi musuh walaupun jumlahnya sangat besar. Keimanan itu pula yang menahan dia untuk tetap berada dalam medan peperangan walau kondisinya sangat tidak seimbang bila dibandingkan dengan kekuatan yang amat dahsyat.

3.Ketenangan atau Thuma’ninah
Yang dimaksud thuma’ninah adalah ketenangan hati dan ketentraman jiwa sebagai bekas dari adanya keimanan yang mendalam.
Jikalau hati sudah tenang dan jiwa tenteram maka kita akan merasakan kelezatan beristirahat, juga kenikmatan keyakinan dalam kalbu. Di samping itu ia akan berani menanggung segala kesukaran dan kesengsaraan dengan sikap yang berani, ia akan tabah menghadapi segala bahaya sebesar apa pun. Sementara itu ia akan meyakinkan pula bahwa pertolongan Alloh pasti akan diulurkan untuknya, karena hanya Dialah yang Mahakuasa untuk membuka segala pintu yang tertutup dan mendobrak segala jendela yang terkunci. Dengan kepercayaan yang sedemikian ini maka ia tidak mungkin akan dihinggapi oleh kesedihan, penyesalan, ataupun hendak mundur ke belakang, apalagi keputusasaan. Sifat ini sama sekali tidak terdapat dalam kamus kalbunya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Al-Baqarah :257.
Bekas keimanan yang mendalam sangat terlihat ketika Ismail menerima perintah Alloh bahwa dirinya harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Ia tidak merasa khawatir sedikitpun akan dirinya. Begitu pula Ibrahim tidak merasa khawatir sedikitpun ketika menerima perintah untuk menyembelih anak satu-satunya yang sudah lama ia dambakan kehadirannya untuk meneruskan risalah Ilahi. Namun mereka berdua yakin bahwa ketika mereka sudah menyerahkan semuanya pada kehendak Alloh, maka Alloh lah yang akan menjamin segala urusannya.

4.Keyakinan bahwa Rizki adalah Pemberian Alloh
Keimanan akan menimbulkan keyakinan yang sesungguhnya bahwa hanya Alloh jualah yang Mahakuasa memberikan rizki, juga bahwa rizki itu tidak dapat dicapai karena kerasukan orang yang bersifat tamak dan tidak dapat ditolak oleh keengganan orang yang tidak menyukainya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS. Hud:6 dan QS.Al-Ankabut:6.
Manakala akidah yang sebenar-benarnya itu sudah meresap dalam jiwa, sudah pasti manusia yang memilikinya akan terlepas dari hinanya sifat kikir, tamak, rakus, dan loba. Sebagai gantinya, ia akan bersifat dan berbudi yang utama seperti dermawan, suka memberi bantuan, gemar menolong, dll.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq patut menjadi contoh bagi umat Islam bahwa rizki Alloh senantiasa akan mengalir. Beliau infakkan seluruh hartanya untuk kepentingan Islam, bahkan tidak tersisa sedikitpun. Untuk dirinya dan keluarganya, ia tinggalkan Alloh dan Rosul-Nya. Subhanallah…Beliau sangat yakin bahwa dengan Alloh dan Rasul-Nya itu sudah lebih dari cukup dan rizki Alloh pun akan selalu ada untuknya dan keluarganya.

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT
1.Urgensi Syahadat
Syahadat merupakan ‘pintu masuk’ yang mengantarkan seseorang menuju Islam. Ia juga sebagai batas antara kekufuran dan keimanan, sehingga seseorang yang telah mengucapkannya (dengan kesadaran dan niat yang tulus) berarti telah menyandang status formal sebagai Muslim. Syahadat merupakan inti ajaran Islam, karena di dalamnya terkandung kalimat yang agung “laa ilaaha illallah”. Di samping itu, ia juga menjadi titik tolak perubahan seseorang dari kejahiliahan menuju kemuliaan Islam, dalam segala dimensinya. Syahadat juga merupakan hakikat dakwah atau ajaran yang dibawa oleh para rasul Alloh.

2.Makna Syahadat
Kalimat syahadat terdiri atas syahadat tauhid : laa ilaaha illallah ( tiada sesembahan selain Alloh) dan syahadat Rasul : Muhammad Rasulullah, yakni meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Alloh.
Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam, laksana nyawa yang merupakan nadi seluruh tubuh manusia. Seluruh anggota tubuh manusia tidak berfungsi sebagai seorang manusia yang hidup kalau nyawanya telah tiada. Seorang Muslim, biarpun ia banyak amal kebajikannya, tetapi jika tidak didasari ruh syahadataian, maka amal kebajikannya menjadi sia-sia di sisi Alloh SWT.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar syahadat seseorang diterima oleh Alloh SWT, yaitu :
a.Al ‘Ilmu (mengetahui maknanya dengan benar)
b.Al Yaqin (meyakini tanpa keraguan sedikitpun)
c.Ikhlas (murni karena Alloh dan tidak menyekutukan-Nya)
d.Al Qobul (penerimaan secara bulat terhadap ketentuan dan tuntutan yang terkandung di dalamnya)
e.Al Inqiyad (ketrikatan yang kuat terhadapnya)
f.Ash Shidiq (kesesuaian antara lahir dan batin, ilmu dan amal)
g.Al Mahabbah (disertai dengan segenap perasaan cinta kepada Alloh)

Makna Syahadat Tauhid
Syahadat yang pertama dari dua kalimat syahadat tauhid yang berbunyi, Asyhadu anlaa ilaaha illallah. Kata asyhadu secara bahasa berasal dari kata syahada yang berarti I’lan (pernyataan), qassam (sumpah), dan wa’dun (janji).
Dari pengertian dia atas maka syahadat bukan hanya sebuah kalimat yang diucapkan oleh lisan sebagai formalitas kemusliman seseorang, melainkan harus merupakan keyakinan yang mendalam tanpa keraguan sedikitpun dan direlalisasikan dalam kehidupan seorang Muslim. Inilah makna Iman yang sebenarnya sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama bahwa iman adalah mengikrarkan dengan lisan, meyakini dalam hati, dan mengamalkan dengan anggota badan. Kalimat laa ilaaha illallah memiliki makna yang sangat lluas dan dalam, antara lain :
a.Tiada sesembahan selain Alloh
Bila seseorang telah mengikrarkan syahadat tauhid maka berarti telah mengimani Alloh sebagai satu-satunya al-ma’bud (yang disembah) dan tidak menyekutukanNya dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Thaha:14
Seseorang yang telah mengabdikan diri kepada Alloh, ia pasti membesarkan dan mengagungkan Alloh serta merendahkan diri kepada-Nya dalam seluruh kehidupannya. Aktivitas/amal perbuatan yang dilakukannya akan berorientasi kepada penghambaan diri kepada Alloh.


b.Tiada Pemimpin / Pelindung selain Alloh
Seseorang yang telah menjadikan Alloh sebagai sesembahannya dan mengabdikan dirinya kepada Alloh maka ia pun harus menjadikan Alloh sebagai pelindung / pemimpinnya. Seperti firman Alloh dalam QS. Al-Baqarah : 257 dan Al-Maidah : 5.
Seorang mukmin yang telah meyakini bahwa Alloh adalah pemimpin/pelindungnya, maka tidak ada kekuatan yang perlu ditakuti selain kekuatan Alloh, sehingga ia akan selalu patuh dan taat untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dan ia akan tampil menjadi orang yang berani berpegang pada syariat-syariat Alloh. Kehidupannya akan senantiasa terarah oleh panduan hidayah Alloh.

c.Tiada Tujuan selain Alloh
Bila seseorang telah menjadikan Alloh SWT sebagai wali/pemimpin/pelindung, maka ia akan melakukan apa saja yang diridhoi-Nya. Dengan kata lain, segala yang dilakukan adalah dalam rangka mencari ridha-Nya. Alloh lah yang menjadi satu-satunya ghayah (tujuan) bai semua aktivitas seorang mukmin. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Al-An’am:162-163 dan QS. Alam Nasyrah:8.
Nilai amal seorang hamba di hadapan Alloh sangat ditentukan oleh komitmennya menjadikan Alloh sebagai satu-satunya tujuan yang sering disebut niat yang ikhlas dan menjadikan keridhaan-Nya sebagai sentral/pusat dari semua aktivitas kehidupannya. Amal yang niatnya tercampuri oleh tujuan lain selain keridhaan Alloh, akan ditolak oleh Alloh karena hal itu merupakan salah satu bentuk penyekutuan Alloh

Makna Syahadat Rasul
Alloh sebagai pencipta kita, tidak begitu saja membiarkan ciptaan-Nya kebingungan dalam mencari pegangan hidup. Alloh SWT memberikan petunjuk-Nya untuk seluruh manusia melalui Rasul-Nya.
Rasulullah Muhammad SAW sebagai rasul terakhir diutus oleh Alloh untuk manusia seluruhnya dan menjadi penutup para nabi. Beliau sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya (QS. Al-Anbiya’:107)
Dengan pengikraran syahadat yang kedua yaitu asyhadu anna muhammadurrasulullah, maka seseorang Muslim berkewajiban untuk :

a.Membenarkan setiap apa yang beliau kabarkan
Sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah semata-mata berasal dari Alloh SWT. (QS.An-Najm:3-5)

b.Taat terhadap apa yang diperintahkan
Taat dan patuh adalah suatu keharusan bagi kita yang sudah mengikrarkan syahadat . Taat kepada Rasul merupakan perwujudan taat kita kepada Alloh. (QS. An-Nisa:80).

c.Menjauhi apa yang dilarang Rasulullah
Lihat QS. Al-Hasyr:7
d.Menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan
Sudah barang tentu Rasul yang diutus Alloh adalah manusia pilihan. Rasulullah adalah teladan utama dalam kehidupan Muslim. (QS.Al-Ahzab:21)

Tidak ada komentar: