tag:blogger.com,1999:blog-65147756933958487422024-03-08T11:37:55.906+08:00Materi-materi TarbiyahUrgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.comBlogger23125truetag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-82127344700912361322009-07-30T19:41:00.001+08:002009-07-30T19:41:42.844+08:00UTUSAN SANG UTUSANMUSH'AB BIN 'UMAIR<br /><br /><br />Sepulang dari mengikat janji dengan RasuluLlah di lembah Aqabah, ummat<br />Islam Yastrib segera pulang kembali ke kotanya dan mulai menyusun strategi<br />da'wah yang akan diterapkan di Yastrib. Situasi "ipoleksus" Yastrib saat itu<br />benar-benar memerlukan pemikiran dan kerja bersama untuk menghadapinya. Saat<br />itu jalur ekonomi dan politik dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Sistem riba<br />yang diterapkan Yahudi sangat mengganggu roda perekonomian, dimana kesenjangan<br />antara kaya dan miskin teramat kentara.<br /><br />Sementara itu kesatuan masyarakat Yastrib yang terdiri dari berbagai<br />suku, selalu dalam kondisi terpecah dan saling curiga, ditambah dengan intrik-<br />intrik Yahudi yang selalu meniupkan rasa permusuhan di antara mereka. Opini<br />umum saat itu juga dikuasai Yahudi. Kedaan diperparah dengan kepercayaan tradisi<br />leluhur dan animisme yang membelenggu cara berpikir masyarakat. Singkatnya,<br />jalan da'wah di Yastrib masih terasa teramat sulit.<br /><br />Hasil pengamatan lapangan ini semua memerlukan analisis dan penyusunan<br />strategi yang briliant, dan juga sekaligus "bil hikmah" serta "istiqomah".<br />Perlu pendekatan kompromistis tanpa harus menyelewengkan nilai-nilai al-Islam.<br />Mereka berpikir keras dan menyusun strategi. Akhirnya diputuskan untuk menempuh<br />jalan da'wah sirriyyah (da'wah secara diam-diam).<br /><br />Dalam musyawarah pasca Aqabah itu, diputuskan juga untuk menugaskan<br />seseorang untuk menghadap RasuluLlah, meminta kepada beliau untuk mengirimkan<br />seorang da'i dan instruktur ke Yastrib. Da'i ini dipandang sangat perlu untuk<br />mengajar "alif-ba-ta"nya ajaran-ajaran Al-Qur'an, sekaligus menjadi "uswah"<br />mereka dalam cara hidup yang Islami. Menurut mereka inilah cara terbaik untuk<br />meningkatkan akselerasi da'wah di Yastrib, tanpa harus kehilangan arah.<br /><br />RasuluLlah sangat menghargai nilai strategis yang telah diputuskan oleh<br />kaum muslimin Yastrib, beliau juga sangat memahami obsesi yang mereka miliki<br />saat itu. Akhirnya, beliau memutuskan untuk mengabulkan permohonan delegasi<br />Yastrib, serta menunjuk Mush'ab al Khair bin 'Umair RA. Tentunya bukan tanpa<br />alasan RasuluLlah memilih pemuda pendiam yang satu ini. Beberapa sisi kehidupan<br />yang ada pada diri Mush'ab sangat menentukan dalam mengantarkannya menduduki<br />jabatan penting ini. Ia adalah kader RasuluLlah hasil binaan dan tempaan madrasah<br />Arqom bin Arqom. Dengan begitu kualitas dan taat asasnya sangat terjamin.<br /><br />Mush'ab adalah tipe muslim yang mengutamakan banyak kerja. Dengan sikap<br />"sami'na wa atho'na", Mush'ab menerima tugas yang diamanahkan RasululuLlah ke<br />atas pundaknya. Jadilah ia seorang utusan dari Sang Utusan. Dengan segera,<br />sesampainya di Yastrib, Mush'ab menemui para naqib (pimpinan kelompok) yang<br />ditunjuk RasuluLlah di Aqabah. Dengan mereka, Mush'ab membuat outline langkah-<br />langkah da'wah yang akan mereka lakukan. Untuk menghindari benturan langsung<br />dengan masyarakat Yahudi, yang saat itu sangat geram karena mengetahui bahwa<br />Nabi Terakhir ternyata bukan dari kalangan mereka, Mush'ab menetapkan untuk<br />mempertahankan jalan da'wah secara sirriyyah. Disamping itu, ditetapkan untuk<br />mempertinggi intensitas da'wah kepada beberapa kabilah, terutama Aus dan Khajraj,<br />karena kedua kabilah ini dinilai sangat potensial dan merupakan kunci dalam<br />memudahkan jalan da'wah.<br /><br />Mush'ab bin Umair terjun langsung memimpin para naqib dalam berda'wah.<br />Beliau berda'wah tanpa membagi-bagikan roti dan nasi atau jampi-jampi. Ia<br />meyakini Islam ini adalah dienul-haq, dan harus disampaikan dengan haq (benar)<br />pula, bukan dengan bujukan apalagi paksaan. Mush'ab terkenal sangat lembut<br />namun tegas dalam menyampaikan da'wahnya, termasuk ketika ia diancam dengan<br />pedang oleh Usaid bin Khudzair dan Sa'ad bin Muadz, dua pemuka Bani Abdil Asyhal.<br />Dengan tenang, Mush'ab berkata: "Mengapa anda tidak duduk dulu bersama kami<br />untuk mendengarkan apa yang saya sampaikan? Bila tertarik, alhamduliLlah, bila<br />tidak, kami pun tidak akan memaksakan apa-apa yang tidak kalian sukai." Keduanya<br />terdiam dan menerima tawaran Mush'ab, duduk mendengarkan apa yang dikatakannya.<br />Mereka ternyata tidak hanya sekedar tertarik, dengan seketika keduanya<br />bersyahadat ... dan tidak itu saja mereka kembali kepada kelompok masyarakatnya<br />dan mengajak mereka semua memeluk Islam.<br /><br />Demikianlah, satu persatu kabilah-kabilah di Yastrib menerima Islam. Hampir<br />semua anggota kedua kabilah besar: Aus dan Khajraj, mau dan mampu menerima Islam.<br />Gaya hidup terasa mulai berubah di Yastrib. Lingkaran jamaah muslim semakin<br />melebar, hampir di setiap perkampungan ditemui halaqah-halaqah Al-Qur'an.<br /><br />Potensi ummat telah tergalang, namun demikian Mush'ab tidak lantas merasa<br />berwenang untuk memutuskan langkah da'wah selanjutnya. Untuk itu Mush'ab mengirim<br />utusan kepada RasuluLlah untuk meminta pendapat beliau mengenai langkah da'wah<br />selanjutnya, apakah perlu diadakan "show of force" dengan sholat berjamaah.<br /><br />Musim haji tiba! Mush'ab bersama tujuh puluh-an muslim Yastrib menuju<br />Makkah dengan tujuan utama menemui pimpinannya: RasuluLlah SAW, untuk melaporkan<br />hasil dan problema da'wah di Yastrib, serta mengantarkan para muslimin Yastrib<br />untuk berbai'ah kepada RasuluLlah SAW. Mush'ab tidak berlama-lama di kampung<br />halamannya, karena tugasnya di Yastrib telah menanti. Beliau segera kembali<br />bersama rombongan menuju ke Yastrib untuk semakin menggiatkan aktifitas da'wah,<br />serta mempersiapkan kondisi bila sewaktu-waktu RasuluLlah dan muslimin Makkah<br />berhijrah ke Yastrib. Penerapan nilai-nilai Islam di Yastrib berjalan mulus,<br />murni dan konsekuen. Kaum Yahudi tidak banyak berbicara, mereka melihat kekuatan<br />muslimin yang semakin besar, sulit untuk dipecah. Singkatnya, saat itu, kota<br />Yastrib dan mayoritas penduduknya telah siap secara aqidah dan siyasah (politik).<br />Mereka dengan antusias menantikan kedatangan RasuluLlah dan muslimin Makkah.<br /><br />Akhirnya, sampailah para muhajirrin dari Makkah di Madinah ...<br />Islam berkembang semakin luas dan kuat. Pada titik ini, bukan berarti<br />Mush'ab minta pensiun, karena beliau menyadari bahwa tugas seorang da'i tak<br />kenal henti. Beliau tetap terlibat aktif dalam da'wah dan peperangan. Beliau<br />mendapatkan syahid-nya di medan pertempuran Uhud. RasuluLlah sangat terharu<br />sampai menitikkan air mata ketika melihat jenazah Mush'ab. Kain yang dipakai<br />untuk mengkafaninya tidak cukup, bila ditarik untuk menutupi kepalanya,<br />tersingkaplah bagian kakinya, dan bila di tarik ke bawah, tersingkaplah<br />bagian kepalanya. RasuluLlah terkenang dengan masa muda pemuda Quraisy<br />ini yang mempunyai puluhan pasang pakaian yang indah-indah. Saat itulah<br />RasuluLlah membaca bagian dari surat al-Ahzab ayat 23:<br /><br />"Sebagian mu'min ada yang telah menepati janji mereka kepada<br />ALlah, sebagian mereka mati syahid, sebagian lainnya masih<br />menunggu, dan mereka memang tidak pernah mengingkari janji."<br /><br />Mush'ab bin 'Umair wafat dalam usia belum lagi 40 tahun. Ia masih muda,<br />tidak sempat melihat hasil positif dari kerja akbar yang telah dilakukannya.<br />Semoga ALlah Rabbul Jalil merahmati Mush'ab al-Khair bin 'Umair.Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-45862770545078412372009-07-30T19:40:00.002+08:002009-07-30T19:41:14.874+08:00TUJUAN HIDUP KITADengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang<br />Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh<br /><br />Saudara-saudaraku yang dikasihi Allah,<br />Di tengah-tengah semester sekarang ini, masing-masing dari kita pasti<br />disibukkan dengan tugas-tugas kuliah: mid-term exams, homework, paper,<br />presentation, etc. Sering-sering dalam kesibukan semacam ini waktu seolah-olah<br />kurang saja. "I wish there were 30 hours in a day!", itu yang sering terbayang<br />apabila tugas belum selesai, padahal due time hampir tiba. Malam menjadi siang,<br />siang menjadi siang. Masing-masing dari kita pasti pernah mengalami stress<br />semacam ini.<br /><br />Elok sekali, dalam keadaan semacam ini saya hendak mengingatkan diri saya<br />sendiri dan Saudara-saudaraku semua: Apa sih yang hendak kita tuju dalam hidup<br />ini? Apa tujuan kita dalam hidup?<br />- to get a high degree of education?<br />- to get a good job?<br />- to get a beautiful wife (handsome husband)?<br />- to be influencial?<br />- to get rich?<br />- ???<br /><br />Saudara-saudaraku yang dikasihi,<br />Mungkin tujuan-tujuan hidup yang saya sebutkan di atas ada di pikiran kita. Itu<br />wajar saja, as human being. Akan tetapi, perlu kita sadari bahwa itu semua<br />hanyalah tujuan temporer saja. Ada tujuan kita yang lebih suci, yang lebih<br />agung, dan yang lebih mendasar; karena tujuan yang satu ini mencakupi dan<br />melandasi tujuan-tujuan temporer tersebut. Apa tujuan itu?<br /><br />-------------------------------------------------<br />| Allahu ghayatuna -> Allah tujuan kita......... |<br />_________________________________________________<br /><br /><br />Allah tujuan kita mengandung arti agar kita mengikhlaskan untuk Allah<br />segala perkataan dan perbuatan kita, ibadah dan perjuangan kita. Sehingga kita<br />diakui sebagai hamba-hamba-Nya yang mukhlisin dan menjadilah semboyan yang<br />selalu kita ikrarkan setiap waktu dan tempat:<br /><br />"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku<br />hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan<br />demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang<br />pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah."<br />(Al-An'aam 162-163)<br /><br /><br /><br />Saudara-saudaraku yang dikasihi,<br />Marilah kita renungkan sejenak hidup kita ini....<br />Sudahkah hidup kita ini sejalan dengan ikrar kita???<br />Sholat kita hanya untuk Allah?<br />Ibadah kita hanya untuk Allah?<br />Hidup dan mati kita hanya untuk Allah?<br /><br />Itulah Saudara-saudaraku,<br />Sekedar renungan di pagi ini,<br />Marilah kita sucikan tujuan kita agar hanya untuk Allah,<br />Supaya segala amal & perbuatan kita diterima Allah<br />Sebagai tabungan untuk hari Akhir..<br /><br />Wabillahi taufiq wal hidayah,<br />Wassalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuhUrgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-67630394735739250162009-07-30T19:40:00.001+08:002009-07-30T19:40:48.324+08:00ANTARA HARAPAN DAN KENYATAANSaat Fulanah masih seorang gadis, yang ada di benaknya dan yang<br />kemudian menjadi tekadnya adalah keinginan menjadi isteri shalihat<br />yang taat dan selalu tersenyum manis. Pendeknya, ingin memberikan<br />yang terbaik bagi suaminya kelak sebagai jalan pintas menuju surga.<br /><br />Tekad itu diperolehnya setelah mengikuti berbagai 'tabligh', ceramah,<br />dan seminar keputerian serta membaca sendiri berbagai risalah. Bahkan<br />banyak pula ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan hal itu<br />telah dihafalnya, seperti "Ar Rijalu qowwamuna alan nisaa'...","Faso-<br />lihatu qonitatu hafizhotu lilghoibi bima hafizhallah..." (QS. An-Nisa<br />ayat 34). Juga Hadits :"Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus<br />sholihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah<br />isteri sholihat). Atau, hadits "Wanita sholihat adalah yang menyenangkan<br />bila dipandang, taat bila disuruh dan menjaga apa-apa yang diamanahkan<br />padanya. Begitu pula hadits "Jika seorang isteri sholat lima waktu,<br />shaum di bulan Ramadhan dan menjaga kehormatan dirinya serta suaminya<br />dalam keadaan ridha padanya saat ia mati, maka ia boleh masuk surga<br />lewat pintu yang mana saja. (HR Ahmad dan Thabrani). Hadits yang berat<br />dan seram pun dihafalnya, "Jika manusia boleh menyembah manusia lainnya,<br />maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi,<br />Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)<br /><br />Figur isteri yang sholihat, taat, dan setia serta qona'ah seperti Kha-<br />dijah r.a. benar-benar terpatri kuat di benak Fulanah dan jelas ingin<br />ditirunya. Maka, tatkala Allah SWT telah menakdirkan ia mendapat jodoh<br />seorang Muslim yang sholih, 'alim dan berkomitmen penuh pada Islam,<br />Fulanah pun melangkah ke gerbang pernikahan dengan mantap. Begitu khidmat<br />dan khusyu karena kesadaran penuh untuk beribadah dan menjadikan jihad<br />dan syahid sebagai tujuan hidup berumah tangga.<br /><br /><br />EPISODE 2<br /><br />Tatkala Fulan masih menjadi seorang jejaka, ia sering membatin, ber-<br />angan-angan, dan bercita-cita membentuk rumah tangga Islami dengan<br />seorang Muslimah sholihat yang menyejukkan hati dan mata. Alangkah<br />bahagianya menjadi seorang suami dan seorang "qowwam" yang "qooimin<br />bi nafsihi wa muuqimun lil ghoirihi" (tegak atas dirinya dan mampu<br />menegakkan orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya). Juga menjadi<br />'imam yang adil' yang akan memimpin dan mengarahkan isteri dan anak-<br />anaknya.<br /><br />Alangkah menenangkannya mempunyai seorang isteri yang akan dijaganya<br />lahir dan batin, dilindungi dan disayanginya karena ia adalah amanah<br />Allah SWT yang telah dihalalkan baginya dengan dua kalimat Allah SWT.<br />Ia bertekad untuk mempergauli isterinya dengan ma'ruf (QS An-Nisa:19)<br />dan memperhatikan hadits Rasulullah SAW tentang kewajiban-kewajiban<br />seorang suami. "Hanya laki-laki mulialah yang memuliakan wanita."<br />"Yang paling baik di antara kamu, wahai mu'min, adalah yang paling<br />baik perlakuannya terhadap isterinya. Dan akulah (Muhammad SAW) yang<br />paling baik perlakuannya terhadap isteri-isteriku." "Wanita seperti<br />tulang rusuk manakala dibiarkan ia akan tetap bengkok, dan manakala<br />diluruskan secara paksa ia akan patah." (HR. Bukhari dan Muslim)<br /><br />Fulan pun bertekad meneladani Rasulullah SAW yang begitu sayang dan<br />lembut pada isterinya. Tidak merasa rendah dengan ikut meringankan<br />beban pekerjaan isteri seperti membantu menyapu, menisik baju dan<br />sekali-sekali turun ke dapur seperti ucapan Rasulullah kepada Bilal :<br />"Hai Bilal, mari bersenang-senang dengan menolong wanita di dapur."<br />Karena Rasulullah suka bergurau dan bermain-main dengan isteri seperti<br />berlomba lari dengan Aisyah r.a. (HR Ahmad), maka ia pun berkeinginan<br />meniru hal itu serta menyapa isteri dengan panggilan lembut 'Dik' atau<br />'Yang'.<br /><br />EPISODE-EPISODE SELANJUTNYA<br /><br />Fulan dan Fulanah pun ditakdirkan Allah SWT untuk menikah. Pasangan<br />yang serasi karena sekufu dalam dien, akhlaq, dan komitmen dengan<br />Islam.<br /><br />Waktu pun terus berjalan. Dan walaupun tekad dan cita-cita terus<br />membara, kin banyak hal-hal realistis yang harus dihadapi. Sifat,<br />karakter, pembawaan, selera, dan kegemaran serta perbedaan latar<br />belakang keluarga yang semula mudah terjembatani oleh kesatuan iman,<br />cita-cita, dan komitmen ternyata lambat laun menjadi bahan-bahan<br />perselisihan. Pertengkaran memang bumbunya perkawinan, tetapi manakala<br />bumbu yang dibubuhkan terlalu banyak, tentu rasanya menjadi tajam dan<br />tak enak lagi.<br /><br />Ternyata, segala sesuatunya tak seindah bayangan semula. Antara harapan<br />dan kenyataan ada terbentang satu jarak. Taman bunga yang dilalui<br />ternyata pendek dan singkat saja. Cukup banyak onak dan duri siap<br />menghadang. Sehabis meneguk madu, ternyata 'brotowali' yang pahitpun<br />harus diteguk. Berbagai masalah kehidupan dalam perkawinan harus<br />dihadapi secara realistis oleh pasangan mujahid dan mujahidah sekalipun.<br />Allah tak akan begitu saja menurunkan malaikat-malaikat untuk menyelesai-<br />kan setiap konflik yang dihadapi. "Innallaha laa yughoyyiru ma biqoumi<br />hatta yughoyyiru maa bi anfusihim" (QS Ar-Raad : 6).<br /><br />Ada seorang isteri yang mengeluhkan cara bicara suaminya terutama jika<br />marah atau menegur, terdengar begitu 'nyelekit'. Ada pula suami yang<br />mengeluh karena dominasi ibu mertua terlalu besar. Perselisihan dapat<br />timbul karena perbedaan gaya bicara, pola asuh, dan latar belakang<br />keluarganya. Kejengkelan juga mulai timbul karena ternyata suami<br />bersikap 'cuek', tidak mau tahu kerepotan rumah tangga, karena berang-<br />gapan "itu khan memang tugas isteri." Sebaliknya, ada suami yang kesal<br />karena isterinya tidak gesit dan terampil dalam urusan rumah tangga,<br />maklum sebelumnya sibuk kuliah dan jadi 'kutu buku' saja.<br /><br />Fulan pun mulai mengeluh. Ternyata isterinya tidak se-"qonaah" yang<br />diduganya, bahkan cenderung menuntut, kurang bersahaja dan kurang<br />bersyukur. Fulanah sebaliknya. Ia mengeluh, sang suami begitu irit<br />bahkan cenderung kikir, padahal kebutuhan rumah tangga dan anak-anak<br />terus meningkat.<br /><br />Seorang sahabat Fulan juga kesal karena isterinya sulit menerima<br />keadaan keluargan. Sebab musababnya sih karena perbedaan status<br />sosial, ekonomi dan adat istiadat. Kekesalannya bertambah-tambah<br />karena dilihatnya sang isteri malas meningkatkan kemampuan intelek-<br />tual, manajemen rumah tangga, serta kiat-kiat mendidik anak. Sebaliknya,<br />sang isteri menuduh suaminya sebagai "anak mama" yang kurang mandiri dan<br />tidak memberi perhatian yang cukup pada isteri dan anak-anaknya. Belum<br />lagi problem yang akan dihadapi pasangan-pasangan muda yang masih tinggal<br />menumpang di rumah orang tua. Atau di dalam rumah mereka ikut tinggal<br />kakak-kakak atau adik-adik ipar. Kesemua keadaan itu potensial mengundang<br />konflik bila tidak bijak-bijak mengaturnya.<br /><br />Kadang-kadang semangat seorang Muslimah untuk da'wah keluar rumah terlalu<br />berlebihan. Tidak "tawazun". Hal ini dapat menyebabkan seorang suami<br />mengeluh karena terbebani dengan tugas-tugas rumah tangga yang seabreg-<br />abreg dan mengurus anak-anak. Selanjutnya, ada pula Muslimah yang terlalu<br />banyak menceritakan kekurangan suaminya, kekecewaan-kekecewaannya pada<br />suaminya. Padahal ia sendiri kurang instrospeksi bahwa ia sering lupa<br />melihat kebaikan dan kelebihan suaminya.<br /><br />Ada suami yang begitu "kikir" dalam memuji, kurang "sense of humor" dan<br />"sedikit" berkata lembut pada isteri. Kalau ada kebaikan isteri yang<br />dilihatnya, disimpannya dalam hati, tetapi bila ia melihat kekurangan<br />segera diutarakannya. Bahkan ada pula pasangan suami-isteri yang memiliki<br />problem "hubungan intim suami-isteri". Mereka merasa tabu untuk membica-<br />rakannya secara terus terang di antara mereka berdua. Padahal akibatnya<br />menghilangkan kesakinahan rumah tangga.<br /><br />Kalau mau dideretkan dan diuraikan lagi, pasti daftar konflik yang terjadi<br />di antara pasangan suami-isteri muda Muslim dan Muslimah akan lebih panjang<br />lagi. Memang, persoalan-persoalan tidak begitu saja hilang. Rumah tangga<br />tidak pasti akan berjalan mulus tanpa konflik hanya dengan kesamaan fikrah<br />dan cita-cita menegakkan Islam. Mereka yakni Fulan dan Fulanah cs tetap<br />manusia-manusia biasa yang bisa membuat kekhilafan dan tidak lepas dari<br />kekurangan-kekurangan. Dan mereka pun pasti mengalami juga fluktuasi iman.<br /><br />Pasangan yang bijak dan kuat imannya akan mampu istiqomah dan lebih punya<br />kemampuan menepis badai dengan menurunkan standar harapan. Tidak perlu<br />berharap muluk-muluk seperti ketika masih gadis atau jejaka. Karena,<br />ternyata kita pun belum bisa mewujudkan tekad kita itu. Sebagai Muslim<br />dan Muslimah hendaknya kita sadar, tidak mungkin kita dapat menjadi isteri<br />atau suami yang sempurna seperti bidadari atau malaikat. Maka kita pun<br />tentunya tidak perlu menuntut kesempurnaan dari suami atau isteri kita.<br /><br />"Just the way you are" lah. Kita terima pasangan hidup kita seadanya,<br />lengkap dengan segala kekurangan (asal tidak melanggar syar'i) dan<br />kelebihannya. Kita memang berasal dari latar belakang keluarga, kebia-<br />saan, dan karakter yang berbeda, walau tentunya dien, fikrah, dan cita-<br />cita kita sama. Pada saat ghirah tinggi, iman dalam kondisi puncak,<br />"Prima", semua perbedaan seolah sirna. Namun pada saat "ghirah" turun,<br />iman menurun, semua perbedaan itu menyembul ke permukaan, mengganjal,<br />mengganggu, dan menyebalkan. Akibatnya tidak terwujud sakinah.<br /><br />Kiat utama mengatasi permasalahan dalam rumah tangga, tentunya setelah<br />berdoa memohon pertolongan Allah SWT dan mau ber "muhasabah" (introspeksi),<br />adalah mengusahakan adanya komunikasi yang baik dan terbuka antara suami-<br />isteri. Masalah yang timbul sedapat mungkin diselesaikan secara intern<br />dulu di antara suami-isteri dengan pembicaraan dari hati ke hati. "Uneg-<br />uneg" yang ada secara fair dan bijak diungkapkan.<br /><br />Selanjutnya, yang memang bersalah diharapkan tidak segan-segan mengakui<br />kesalahan dan meminta maaf. Yang dimintai maaf juga segera mau memaafkan<br />dan tidak mendendam. Masing-masing pihak berusaha keras untuk tidak<br />mengadu ke orang tua, atau orang lain. Jadi tidak membongkar atau membe-<br />berkan aib dan kekurangan suami atau isteri. Hal lain yang perlu diper-<br />hatikan adalah tidak membandingk-bandingkan suami atau isteri dengan<br />orang lain, karena itu akan menyakitkan pasangan hidup kita. Setelah itu,<br />masing-masing juga perlu 'waspada' agar tidak terbiasa kikir pujian dan<br />royal celaan.<br /><br />Jika terpaksa, kadnag-kadang memang diperlukan bantuan pihak ketiga<br />(tetapi pastikan yang dapat dipercaya keimanan dan akhlaqnya) untuk<br />membantu melihat permasalahan secara lebih jernih. Kadang-kadang<br />"kacamata" yang kita pakai sudah begitu buram sehingga semua kebaikan<br />pasangan hidup kita menjadi tidak terlihat, bahkan yang terlihat<br />keburukannya saja. Orang lain yang terpercaya InsyaAllah akan bisa<br />membantu menggosok 'kacamata' yang buram itu. Alhamdulillah ada yang<br />tertolong dengan cara ini dan mengatakan setelah konflik terselesaikan<br />mereka pun berbaikan lagi seperti baru menikah saja ! Layaknya !<br /><br />Dengan berikhtiar maksimal, bermujahadah, dan bersandar pada Allah SWT,<br />InsyaAllah kita dapat mengembalikan kesakinahan dan kebahagiaan rumah<br />tangga kita, serta kembali bertekad menjadikan jihad dan syahid sebagai<br />tujuan kita berumah tangga. Amiin yaa Robbal'aalamiin.<br /><br />Wallahu a'lam bishowab.<br /><br />Wassalamu'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuhuUrgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-86803335503060648922009-07-30T19:39:00.002+08:002009-07-30T19:40:12.675+08:00UPAYA MUSUH ISLAM TERHADAP KELUARGA MUSLIM"Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal<br />mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan<br />mereka tidak menyadari."<br />[Ali 'Imran: 69]<br /><br />Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh<br />Alhamdu lillahi nasta'iinuhu wa nastaghfiruhu,<br />wa na'udzu hillahi min syuruuri anfusinaa<br />Asyhaadu allaa ilaaha illallahu,<br />wa asyhaadu anna muhammdaan 'abduhu wa rasuluh<br />Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aalihii wa ashhabihi aj'main<br />Ammaa ba'du, uushiikum wa nafsii bitaquwallahi faqad faazalmuttaquun<br /><br />Banyak komentar yang dilontarkan oleh penulis-penulis dan<br />cendekiawan Barat tentang Islam, maka jumlah mereka yang<br />mengomentari secara obyektif bisa dihitung dengan jari. Hal ini<br />dimaksudkan untuk menunjukkan keagungan Islam yang sempat<br />membuat mereka terpana keheranan.<br /><br />Namun fanatisme yang melingkupi diri mereka, ditambah<br />lagi dengan ketidaktahuan mereka aterhadap ajaran-ajaran Islam<br />yang benar, kedengkian karena populasi kelompok yang terus<br />diwariskan kepada mereka, arus politik kolonialisme, akhirnya<br />menjadikan Islam sebagai musuh yang harus mereka hadapi.<br />Apalagi yang berkenan dengan pola-pola sosial dan yang paling<br />utama mereka akan menyerang keluarga muslim.<br /><br />Kedengkian seperti itu tergambar dalam diri sala seorang<br />pemimpin di Perancis. Setelah mengadakan kunjungan ke Mesir.<br />Ia mengeritik tatanan keluarga muslim secara pedas, dan juga<br />mengeritik gambaran wanita muslimah yang jauh dari gambaran<br />semestinya. Ia berkata, "Manusia tidak akan mendapatkan cara<br />yang paling keji untuk menghukum orang yang bersalah, seperti<br />layaknya wanita-wanita Mesir."<br /><br />Seorang penulis Perancis Athena L tak kalah giatnya<br />mencari terobosan-terobosan baru untuk menghadapi Islam. Untuk<br />itu ia berkata, "MENGHADAPI ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN<br />KEKUATAN JUSTRU MEMBUAT AGAMA ITU SEMAKIN<br />TERSEBAR KE MANA-MANA. CARA PELING EFEKTIF UNTUK<br />MENGHANCURKAN ISLAM DAN MENCABUT AKAR-AKARNYA<br />IALAH: MENDIDIK ANAK-ANAK MEREKA DI SEKOLAHAN-<br />SEKOLAHAN KRISTEN, MENANAMKAN BENIH-BENIH<br />KERAGUAN DI DALAM JIWA MEREKA SEJAK DINI, SEHINGGA<br />TANPA TERASA SEBENARNYA MEREKA DIGIRING KEPADA<br />KEYAKINAN YANG RUSAK. CARA SEPERTI INI JAUH LEBIH<br />EFEKTIF DARIPADA MENJADIKAN MEREKA MEMELUK<br />AGAMA KRISTEN."<br /><br />Ia juga menambahi lagi, "MENDIDIK WANITA-WANITA<br />ISLAM DI SEKOLAHAN UNTUK PARA BIARAWATI<br />MERUPAKAN SATU-SATUNYA PENDIDIKAN YANG PALING<br />MENGENA UNTUK MENGHANCURKAN ISLAM LEWAT<br />TANGAN PEMELUKNYA SENDIRI. MEREKA YANG BERADA<br />DALAM SUATU KELUARGA MUSLIM DAPAT MENCIPTAKAN<br />PERMUSUHAN TERSELUBUNG, YANG TIDAK BISA<br />DITUNDUKKAN BEGITU SAJA OLEH SUAMINYA. SEBAB<br />WANITA ISLAM YANG TELAH DIJEJALI DENGAN PENDIDIKAN<br />KRISTEN, MUDAH MEMPENGARUHI PERASAAN DAN AKUDAH<br />SUAMINYA, SEHINGGA IA BISA MENJAUHKANNYA DARI<br />ISLAM DAN DAPAT MENDIDIK ANAK-ANAKNYA BUKAN<br />MENURUT AGAMA KAKEK NENEKNYA. SEBAGAIMANA<br />YANG TERJADI PADA ZAMAN SEKARANG INI, SEORANG IBU<br />YANG BERTANGGUNG JAWAB MENDIDIK ANAKNYA, MAKA<br />DIALAH SARANA YANG PALING TEPAT UNTUK<br />MENGHANCURKAN ISLAM."<br /><br />Itulah yang telah diserukan Athena untuk menghancurkan<br />Islam dari dalam. Cara serupa juga ditempuh oleh Snouck<br />Hourgrounye yang berkata, "UNTUK MENGHANCURKAN ISLAM,<br />TIDAK ADA GUNANYA MEMERANGI ORANG-ORANG ISLAM<br />ATAU MELINDAS MEREKA DENGAN MENGERAHKAN<br />KEKUATAN SENJATA. TAPI HAL ITU CUKUP DENGAN<br />MENGADU DOMBA ANTARA KELOMPOK MEREKA DENGAN<br />KELOMPOK YANGLAIN DARI DALAM, YAITU DENGAN<br />MENANAMKAN PERBEDAAN PENDAPAT DAN MADZHAB<br />SERTA MENANAMKAN KETIDAKPERCAYAAN KEPADA<br />PEMIMPINNYA. DI SATU PIHAK ANAK-ANAK MEREKA<br />HARUS DIJEJALI DENGAN PAHAM MARXISME."<br /><br />Itulah sebagian usaha dari musuh-musuh Islam --Kristen<br />dan Yahudi-- dalam meruntuhkan bangunan Islam dengan cara<br />merusak tatanan keluarga muslim dari dalam. Keberhasilan<br />mereka dalam menlancarkan misi-misinya jelas di pelupuk mata kita<br />yaitu dengan mengeksploitasi wanita-wanita muslim dalam berbagai<br />sarana hiburan dan lain sebagainya. Wanita-wanita kita, di jaman<br />sekarang, lebih cenderung atau leibh suka menjadi wanita-wanita<br />pekerja/buruh di luar rumah daripada menjalankan tugas untuk<br />mengurus rumah tangganya, mendidik anak-anaknya supaya bisa<br />menjadi generasi yang handal kelak dikemudian hari atau melayani<br />suami dan lain sebagainya. Lebih-lebih sekarang di negeri kita ini,<br />dengan bantuan sarana telekomunikasi TV, musuh-musuh kita lebih<br />gencar dan efektif lagi dalam merusak/mengikis akhlak masyarakat<br />Indonesia yang mayoritas beragama Islam umumnya dan keluarga<br />muslim khususnya. Acara film keluarga impor yang disiarkan TV<br />swasta seluruhnya berasal dari negara non muslim --Kristen.<br />Mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang banyak untuk<br />men-dubbing ke dalam bahasa Indonesia, karena dengan melakukan<br />itu misi yang mereka inginkan lebih bekerja secara efektif lagi.<br />Orang lebih suka mendengar daripada harus membaca teks<br />terjemahan. Dan ini mereka --yang tidak suka dengan Islam--<br />pahami dengan sangat. Dengan siaran-siaran tersebut diharapkan<br />mereka --keluarga muslim-- akan mencontoh tatanan keluarga Barat<br />yang tidak sesuai dengan kepribadian Islam.<br />Saya yakin dalam waktu singkat saja akan terjadi krisis kepribadian<br />Islam melanda umat Islam di negeri kita bila tidak ada penanganan<br />yang cepat dan serius dalam mengatasi masalah ini. Terutama<br />dalam membentengin keluarga muslim dari keratan-keratan atau<br />ghazwul fikri dengan memberikan pemahaman yang frekuentif<br />tentang dien Islam.<br /><br />Akhirnya ...<br />"Hai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan<br />keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia<br />dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,<br />yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya<br />kepda mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."<br /><br />[At Tahrim: 6]<br /><br />"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan<br />sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu."<br /><br />[Al Baqarah: 147]<br /><br />"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia<br />mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya<br />(iman). Dan orang-orang yang kafir pelindung-pelindungnya ialah<br />syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan<br />(kekafiran). Mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di<br />dalamnya."<br />[Al Baqarah: 257]<br /><br />Ya Allah, berilah kekuatan kepada kami, hamba-hamba-Mu,<br />dalam menjalan perintah-perintah-Mu, menegakkan kalimat-Mu<br />dengan berpegang pada firman-Mu al-Qur'an dan sunnah rasul-Mu<br />al-hadits.<br /><br />Yang benar datangnya hanya dari-Mu semata ya Rabbi, dan<br />kesalahan datangnya dari diri hamba yang bodoh dan hamba<br />memohon ampun kepada-Mu, ya Allah...<br /><br />Alhamdulillahi rabbil 'alamin...<br /><br />Wasslamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh<br /><br />C. DermawanUrgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-7250147062676606422009-07-30T19:39:00.001+08:002009-07-30T19:39:36.873+08:00HAQ FITRI MANUSIAHak-hak, fitrah manusia, sendiri sebagaimana dirumuskan para<br />fuqaha meliputi lima hal;<br />1. Din<br />2. Jiwa<br />3. Akal<br />4. Harga diri<br />5. Cinta<br /><br />Secara fitri, manusia seperti juga makhluk-makhluk Allah<br />lainnya, adalah dalam keadaan Islam, tunduk patuh pada aturan<br />Khalik Rabbul alamin. Jiwa yang bersih dan suci manusia berhak<br />akan dinullah. Jiwa yang bersih dan suci condong pada kebenaran,<br />hanif. Karenanya petunjuk tentang kebenaran, jalan yang lurus,<br />merupakan hak fitri manusia. Dalam jalan ini saja manusia akan<br />sampai pada tujuannya (ridla Allah). Karena tidaklah diciptakan<br />manusia kecuali untuk menjadi hamba Allah di bumi, untuk menjadi<br />khalifah, membesarkan dan menegakkan kalimat Allah di bumi, untuk<br />beribadah. Hanya dalam jalan ini saja, manusia akan dapat memain<br />kan peran sebagaimana yang telah digariskan oleh Khaliknya, Rabb<br />manusia. Hanya dalam jalan ini saja manusia akan selamat dan<br />mendapat kemenangan. Karenanya manusia mempunyai hak akan jalan<br />ini, din ini, dan hak ini datang dari Penciptanya.<br /><br />Tanpa din manusia akan kacau, tak terarah, akan jatuh pada<br />tingkat sekualitas hewan. Tanpa din manusia akan saling mengham<br />bakan diri, saling menguasai. Karenanya din adalah hak fitri yang<br />mesti ditegakkan dalam diri manusia, baik sebagai makhluk pribadi<br />maupun sosial. Dan pembangunan tidak lain dari upaya menyiapkan<br />apa-apa yang mesti disiapkan, untuk menegakkan dinullah dalam<br />kalbu manusia, untuk memberikan hak fitri manusia akan din.<br />Lengkapnya. pembangunan adalah proses menegakkan, menyuburkan,<br />memelihara, dan mempertahankan dinullah, fitrah utama manusia,<br />dalam gelora kalbu insani.<br /><br />Secara fitri, manusia berhak akan jiwa. Karenanya sangat<br />besar dosa seorang muslim yang menumpahkan darah saudaranya.<br />Tanpa jiwa manusia tidak lagi berwujud manusia. Untuk memenuhi<br />hak sekaligus kewajiban menjadi khalifah di bumi, untuk dapat<br />mengabdi kepada Rabb, untuk dapat menegakkan risalah Islam dalam<br />dada manusia, serta melaksanakan tindakan lain sebagai makhluk<br />Allah, maka secara fitri jiwa atau ruh adalah prasyarat dan hak<br />bagi manusia. Jiwa demikian berharga bagi manusia dan menempati<br />berharga ketimbang hidup dalam kekafiran tanpa din. Dengan demi<br />kian, maka pembangunan mestilah memelihara, melindungi, dan<br />mempertahankan jiwa manusia, agar jiwa ini tetap pekat dengan<br />dinullah.<br /><br />Secara fitri manusia berhak akan akal. Tanpa akal manusia tak<br />akan lebih baik dari robot. Untuk dapat mengatasi berbagai per<br />soalan sehubungan dengan pengabdian kepada Allah, sehubungan<br />dengan penegakkan kalimah tauhid, dalam rangka pengibaran bendera<br />Allah di bumi, maka akal adalah alat, hak, dan karunia Allah yang<br />besar bagi manusia. Dinullah sendiri perintah dan petunjuk bagi<br />manusia yang berakal. Hanya manusia yang berakal saja yang dapat<br />mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi. Hanya<br />orang-orang yang berakal saja yang akan mengetahui bahwa Islam<br />adalah jalan hidup yang benar dan membawa keselamatan sementara<br />ajaran lain akan membawa penyesalan. Karenanya Islam menentang<br />pengrusakan akal melalui alkohol atau narkotika. Islam pun menen<br />tang pendewaan akal, rasionalisme yang melecehkan dinullah. Islam<br />pun menentang pengrusakan akal dalam makna intelek, melalui<br />pengembangan konsep-konsep yang bertentangan dan menentang dinul<br />lah.<br /><br />Dengan demikian pembangunan mestilah memelihara, melindungi,<br />dan mempertahankan akal manusia, sehingga kualitas ibadah/peng<br />hambaan dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Pembangunan mesti<br />lah memberikan ilmu yang hak (al Qur'an) pada akal, dan hanya<br />mengisi akal dengan ilmu yang shahih. Pembangunan mesti mengisi,<br />melatih, dan memelihara akal manusia agar hasilnya (fikrah)<br />adalah fikrah yang Islami, pikiran yang membela Islam, yang<br />membesarkan Islam, bukan sebaliknya. Pembangunan yang demikian<br />akan menangkal rembesan konsep-konsep toghut masuk dalam jiwa<br />manusia muslim. Maka akal manusia akan optimal dalam pengabdian<br />dan perjuangan di jalan Rabbnya.<br /><br />Manusia secara fitri berhak akan keturunan yang baik. Ketu<br />runan yang shaleh akan membawa izzah (kebanggaan), harga diri.<br />Karenanya pembangunan mestilah melindungi dan memlihara keturunan<br />manusia, sehingga regenerasi dapat berjalan dalam kebaikan atau<br />malah meningkat. pembangunan mesti menembus dimensi waktu, dan<br />memperhatikan masa depan manusia melalui keturunannya. Karena<br />melalui penerusan pada keturunan dinullah dapat bersambung dan<br />terpelihara. Bila tidak maka Islam hanya akan jaya dalam satu<br />periode saja, dinullah hanya berperan dalam satu masa saja,<br />padahal Islam menembus dimensi waktu, dan penghambaan kepada Rabb<br />tak berhenti sampai waktu yang ditetapkan oleh Rabb saja.<br /><br />Seperti juga hak akan akal, manusia pun secara fitri berhak<br />akan cinta; cinta pada anak, istri, persaudaraan, materi. Allah<br />menumbuhkan rasa cinta ini dalam jiwa manusia. melalui rasa cinta<br />setipa hubungan dapat berjalan dengan harmonis dan mesra, kewaji<br />ban pun dengan ringan dapat dilaksanakan. Cinta akan Allah dan<br />cinta akan jihad fisabilillah sudah barang tentu melandasi rasa<br />cinta manusia. Dengan demikian maka pembangunan pada hakekatnya<br />adalah memelihara, memupuk, dan membentengi cinta dalam kalbu<br />pelaksanaan tugas-tugas penghambaan kepada Allah; sehingga rasa<br />cinta ini menempati posisi yang tepat.<br /><br />Sampai disini terlihat betapa Islam berbeda dalam menanggapi<br />issue pembangunan. Karena Islam mempunyai konsep tersendiri,<br />yakni pembangunan manusia, penegakkan fitrah manusiawi. Dengan<br />demikian parameter untuk menilai keberhasilan pembangunan dalam<br />Islam pun akan berbeda. Masalahnya adalah bagaimana mewujudkan<br />semua ini. Kalau Barat melirik Islam, kita tidak perlu percaya<br />bahwa mereka akan menjadikan Islam sebagai konteks, apalagi<br />berbangga diri. Karena jelas Islam menganjurkan curiga dan berbu<br />ruk sangka terhadap kaum yang kafir, Allah Maha Tahu rahasia hati<br />mereka. Penegakkan Islam di bumi tidak mungkin diserahkan pada<br />Barat, tapi pada diri kita sendiri, pada umat sendiri. Selama<br />kita masih mengambil konsep-konsep yang bukan khas diri, diluar<br />jati diri, apalagi dengan hanya menjadikan Islam sebagai etika,<br />untuk kepentingan pembangunan umat, maka pembangunan itu hanyalah<br />akan menjauhkan umat dari tujuannya--mencari ridla Allah, bukan<br />membawa keselamatan namun membawa kemudlaratan. Pembangunan bagi<br />Islam, hanyalah pembangunan manusia, pembangunan umat, menegakkan<br />khalifah Allah di bumi, menegakkan fitrah manusia, dengan cara<br />yang dicontohkan tauhidul uswah, rasulullah Muhammad.Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-55526794208557213452009-07-30T19:38:00.004+08:002009-07-30T19:39:10.473+08:00KETIKA AZAN MEMANGGIL, KUKEJAR ALLAH DENGAN SEPEDAHari meranggas petang, para pekerja mulai meninggalkan tempat<br />kerjanya. Bis-bis kota dan metro mini sarat penumpang berhenti di<br />banyak halte dan persimpangan. Wajah-wajah lelah terlihat menuruni<br />tangga bis kota.<br /><br />Sukardi, siap menghadang wajah-wajah lelah ini di perempatan<br />Rawa Badak, Tanjung Priok. Pria bertubuh tinggi besar, berkulit<br />gelap dengan sorot mata tajam, serta dilengkapi topi "baretta"<br />yang menahan teriknya matahari Jakarta, menantikan mereka di atas<br />sadel sepedanya.<br /><br />Ia telah pernah bekerja pada sebuah pabrik kaca milik investor<br />Jepang di bilangan Pulo Gadung, Jakarta. Pekerjaan itu digeluti<br />nya selama empat tahun. Namun kini ia harus meninggalkan peker<br />jaannya itu, karena ia pernah absen beberapa lama, karena sakit<br />yang dideritanya. Karena itulah ia di-PHK. Perusahaan tak mau<br />rugi, tak mau pula menanggung biaya kesehatan ... maka PHK-lah<br />jalan keluarnya.<br /><br />Pak Sukardi siap menerima kenyataan ini, karena keyakinannya<br />telah tertempa oleh nilai Islam yang diyakininya. "Saya yakin,<br />rejeki mah Allah yang ngatur ..." Berangkat dari keyakinan yang<br />tulus itu, serta menyadari keterbatasannya yang tidak lulus<br />sekolah dasar, ia banting stir ke usaha yang tak pernah ia impi<br />kan sebelumnya: menjadi pengemudi ojek! Keyakinan dan usaha itu<br />memang membuahkan hasilnya, "Setiap hari paling sedikit saya bisa<br />men gantongi tujuh ribu perak. Alhamdulillah, bisa untuk makan<br />dan membiayai anak-anak ..." Ia mempunyai empat orang anak. Yang<br />paling besar di SLTA, dua orang di SLTP, yang paling kecil masih<br />di SD. "Sekarang ini, kalau kita nggak kuat mendidik anak dengan<br />agama, gawat! Banyak sekali gangguannya. Kita sering dengar ada<br />anak gadis hamil duluan sbelum nikah. Nauzu biLlah min zalik! Itu<br />kesalah orang tuanya yang tidak mendidik dengan pelajaran agama."<br /><br />Kiranya Pak Sukardi benar, arus kejahiliyahan memang tengah<br />merayap di sela-sela kehidupan kita. Arus itu melilit dan meracu<br />ni semua lapisan sosial dengan segala perwujudannya. Tidak hanya<br />meracuni si kaya, tapi juga si miskin. Pak Sukardi tak ingin<br />terlindas arus itu. "Saya tanamkan Islam pada anak-anak melalui<br />pengajian dan halaqoh di Masjid, dan saya "ngasih" contoh pada<br />mereka. Misalnya kalau sholat subuh, kita bangunkan mereka, kita<br />ajak ke masjid ..."<br /><br />"Habis, kita hidup ini untuk apa sih kalau bukan untuk iba<br />ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Ku.<br />Jadi semua hidu kitaini untuk ibadah. Bekerja ibadah, belajar<br />ibadah, pokoknya semua lah! Untuk apa hidup di dunia ini kalau<br />cuman bergelimang harta tanpa tujuan yang jelas? Dan kekurangan<br />material bukanlah halangan untuk memilih tujuan hidup yang benar<br />dan pasti!"<br /><br />Keyakinan itulah yang agaknya terpatri kuat dalam jiwa tukang<br />ojek kita ini. Maka ketika azan memanggil, ia tak menyia-nyiakan<br />waktu untuk tetap berada dalam tujuan utama hidupnya. Ia bergegas<br />pulang ke rumah menunaikan kewajibannya di masjid dekat rumahnya.<br />"Kalau ngedenger azan terus kita belum sholat, rasanya nggak<br />enak, kayak punya utang saja. Hati gelisah, pengennya mau pulang<br />melulu ...<br />padahal lagi ada penumpang."<br /><br />"Kenapa mesti pulang segala Pak? Bukankah masjid di sekitar<br />Tanjung Priok ini banyak, di setiap jalan ada masjid?"<br />"Bukan begitu ... celana saya kotor, baju juga bau keringet ...<br />Masak mau "ngadep" Alloh, pakai celana dan baju kotor? Sedangkan<br />kalau mau ngadep Pak Lurah aja, kita rapih, ya nggak?"<br /><br />Pak Sukardi sudah menganggap, ibadah baginya merupakan kebu<br />tuhan. Ia merasa punya beban jika kewajiban terhadap Alloh belum<br />ditunaikan. Tidak hanya itu saja, ia bahkan berusaha mendirikan<br />kewajiban tersebut dengan cara yang terbaik. "Pernah ada teman<br />saya yang "ngetawa'in" dan ngejek saya, karena saya pakai payung<br />waktu "narik" di siang bolong. Waktu itu bulan Ramadhan. Saya<br />diamkan saja. Habis, dari pada saya batal puasa karena<br />kepanasan?" ceritanya tentang pengalamannya menarik ojek di bulan<br />suci Ramadhan. "Saya menyayangkan teman-teman saya yang tidak<br />puasa di bulan Ramadhan. Padahal kita bisa ngatur waktu untuk<br />menjaga dan mempertahankan puasa kita. Misalnya kalu narik di<br />bulan Ramadhan, sebaiknya dari pagi sampai sekitar jam sebelasan<br />lah, jangan lebih. Habis itu kita pulang, sholat Zuhur, tidur di<br />rumah sampai Ashar. Habis Ashar kita bisa narik lagi sampai<br />malem. Itu 'kan nggak terlalu menguras tenaga? Kita bisa tetap<br />puasa, udah gitu dapet rejeki lagi. Alhamdulillah, selama saya<br />narik ojek ini, saya nggak pernah "bolong" puasa, bukannya nyom<br />bong nih!"<br /><br />Pernah suatu hari ia mendapat penumpang, dan sudah menjadi<br />kebiasannya ia selalu mengajak ngobrol orang yang memerlukan<br />jasanya. Pembicaraan berkisar pada soal hujan yang sudah lama<br />tidak turun, entah bagaimana tiba-tiba orang itu mengatakan bahwa<br />berkat kecanggihan, teknologi sekarang hujan sudah bisa dibuat.<br />Pernyataan ini langsung disergah oleh Pak Sukardi. "Hujan mah,<br />biar gimana, buatan Alloh, Pak! Manusia nggak bisa bikin hujan.<br />Kita jangan sombong dengan ilmu pengetahuan kita, sebab kalau<br />dibandingkan dengan ilmunya Alloh, ilmu kita mah nggak ada arti<br />nya. Kita manusia cuma bisa berusaha, Alloh yang menentukan. Kita<br />aja yang ngaku-ngaku bisa bikin hujan buatan, padahal semuanya<br />dari Alloh."<br /><br />begitu saja. Ia selalu menyelipkan da'wah nilai-nilai Islam<br />barang sepatah dua patah kata. "Kita ini harus mengajak manusia<br />ke jalan Alloh. Kita ummat Islam semua ini, adalah da'i. Balighu<br />'anni walau ayah. Sampaikan dariku walau hanya satu ayat, begitu<br />kata Nabi Muhammad."ketika ditanya tentang aktifitas keislaman<br />nya, dan dari mana ia memperoleh bahan-bahan yang up-to-date<br />untuk berda'wah, ia mengatakan:<br />" Saya tiap malem Selasa, selalu ngaji di Masjid Al-Mukaromah di<br />Jalan Mangga. Saya pergi sama anak saya yang di SMA, pakai sepeda<br />ini. Alhamdulillah, sepeda ini disamping bisa untuk nyari duit,<br />juga bisa dipakai untuk pergi ngaji ...."<br /><br />Hari-hari pak Sukardi adalah sepeda dan da'wah, keringat dan<br />ibadah. Sebuah fenomena yang menyejukkan yang dapat kita saksi<br />kan di tengah gemuruhnya "pemurtadan" dan pendangkalan aqidah di<br />mana-mana.Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-69363060709650989192009-07-30T19:38:00.003+08:002009-07-30T19:38:47.832+08:00ADA SAJADAH PANJANG TERBENTANGLagu Bimbo dengan judul tersebut membuat saya merenung<br />akan hubungan saya dengan Allah swt. Saya ingin tahu<br />bagaimana sebenarnya posisi saya di sisi Tuhan. Seorang<br />sufi berkata, "jika anda ingin tahu bagaimana posisi<br />anda di sisi Tuhan, lihatlah di mana posisi Tuhan di<br />hati anda!"<br /><br />Saya pun mencoba melihat ke dalam hati saya. Bisakah<br />saya merasakan Tuhan hadir di hati saya? Entahlah....<br />Saya memang bukan seorang sufi. Tapi saya percaya<br />bahwa Tuhan semestinya hadir dalam semua perbuatan saya.<br /><br />Ketika saya sholat dan puasa, saya tahu Tuhan hadir<br />dalam hati saya. Namun ketika saya berangkat kerja,<br />ke luar dari rumah, saya tak bisa memastikan apakah<br />masih saya bawa Tuhan dalam aktivitas saya.<br /><br />Apakah Tuhan hadir ketika saya disodori uang komisi<br />oleh rekan sekantor? Apakah Tuhan hadir ketika saya<br />selipkan selembar amplop agar urusan saya menjadi lancar?<br />Apakah Tuhan juga hadir ketika saya ombang-ambingkan<br />mereka yg datang ke kantor saya, terlempar dari<br />satu meja ke meja yang lain.....<br /><br />Lagu Bimbo tersebut mengingatkan saya bahwa<br />hidup ini bagaikan sajadah panjang yang terbentang,<br />dari buaian bunda sampai ke liang lahat.<br />Seharusnya semua aktivitas yang saya lakukan<br />di sajadah panjang ini membawa saya untuk<br />selalu mengingat kehadiran-Nya.<br /><br />Mengapa Tuhan hanya saya bawa dan saya resapi<br />kehadiran-Nya ketika saya berada di masjid,<br />dan tiba-tiba Tuhan hilang ketika saya berada di<br />luar masjid. Kalau saja lagu Bimbo tersebut<br />saya terjemahkan ke dalam bahasa para khatib<br />Jum'at: "Apapun aktivitas kita, seharusnya<br />kita selalu ingat keberadaan Allah. Itulah<br />makna dzikrullah; mengingat Allah; itu<br />jugalah makna ibadah."<br /><br />Kalau saya diperbolehkan menerjemahkan lagu<br />Bimbo itu dengan bahasa al-Qur'an, saya teringat<br />satu ayat suci, "Tidaklah Aku ciptakan jin<br />dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku"<br />Sayang, penfsiran saya akan kata ibadah masih<br />terbatas pada ibadah ritual. Sayang sekali,<br />sajadah saya tak panjang terbentang. Sajadah saya<br />tak mampu masuk ke gedung-gedung pencakar langit,<br />ke pusat perbelanjaan, ke tempat hiburan dan ke<br />gedung sekolah.<br /><br />"Tak kulihat suatu benda, kecuali di ujungnya<br />kulihat ada Tuhan!" Ah, ucapan sufi ini lagi-lagi<br />membuat saya malu...Saya tahu bahwa bukan maksud sufi<br />tersebut untuk mengatakan dia telah melihat Tuhan,<br />tapi yang ingin dia ceritakan adalah Tuhan<br />selalu hadir di sekelilingnya.<br /><br />Ada sajadah panjang terbentang....Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-61922437454307349492009-07-30T19:38:00.001+08:002009-07-30T19:38:26.574+08:00SENTUHAN FITRAHTulisan ini mungkin terlambat, tapi semoga ada manfaatnya dalam usaha<br />menambah wawasan keimanan dan keilmuan kita.<br /><br />Ramadan, bulan puasa telah berlalu. Sebulan penuh itu seorang Muslim<br />berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi hamba yang abid, meninggalkan<br />kenikmatan duniawinya di siang hari dalam rangka mendekatkan atau<br />taqarrub kepada Allah SWT. Di bulan puasa inilah seorang hamba akan<br />berupaya semaksimal mungkin untuk mengenal alam spiritual yang agung.<br />Makan, minum dan hubungan suami isteri yang merupakan simbol jasadiyah<br />kehidupan ditinggalkan dalam masa tertentu, untuk menyingkap pandangan<br />material manusia untuk mengembalikan pandangan spiritualnya.<br /><br />Kemampuan manusia menembus alam materialnya dalam melihat dunianya,<br />merupakan kemenangan yang luar biasa. Sebab hanya dengan kapabilitas<br />tersebut, manusia mampu membedakan wujudnya dari wujud-wujud makhluk<br />lainnya. "ya'lamuuna zaahiran minal hayatid dunya wa hum 'anil Akhirati<br />hum ghaafiluun" (Mereka tahu dari kehidupan dunia ini hanya yang<br />lahir-lahir semata. Sedangkan mereka lalai terhadap kehidupan Akhirt".<br />Ayat lain menjelaskan, "Sungguh Kami telah persiapkan neraka jahannam<br />untuk kebanyakan dari kalangan Jin dan manusia. Sebabnya, mereka punya<br />mata namun tidak melihat, punya telinga namun tidak mendengar, punya<br />hati tapi tidak faham. Mereka itu seperti binatan, malah lebih sesat<br />dari binatan". Pada bagian lain, dijelaskan, "Mereka itu makan dan<br />bersenang-senang sebagaimana hewan-hewan makan dan bersenang-senang".<br /><br />Ungkapan Al Qur'an yang sangat keras terhadap sebagian manusia di<br />atas, bukanlah suatu yang samar lagi dalam kehidupan manusia saat ini.<br />Karakteristik hewani manusia telah dominan, sehingga nilai-nilai kesucian<br />spiritualnya telah terabaikan bahkan terkadang dianggap momok bagi kehidupan<br />manusia itu sendiri. Ini tentunya, adalah konsekwensi langsung dari kebutaan<br />manusia dalam pandangan spiritual. Sehingga mata kasar melihat dengan jelas<br />segala yang kasat pandang, namun di balik pandangan kasat itu semuanya<br />mereka buta. Ketidak mampuan memandang secara spiritual inilah yang<br />melahirkan berbagai sifat maupun sikap bodoh yang lebih dikenal dengan<br />istilah "jahiliyah".<br /><br />Merayakan Idul Fitri.<br /><br />Keberhasilan manusia dengan puasanya untuk menyingkap tabir pandangan kasat<br />menuju kepada pandangan spiritual, sebagaimana dikatakan, adalah merupakan<br />kemenangan yang besar (fawz adziim). Kemenangan inilah yang lazimnya<br />dirayakan oleh kaum Muslimin di penghujung Ramadan. Mereka bergembira,<br />bersuka ria terlepas dari kungkungan material yang selama ini menjadi<br />penghalang antara dirinya dan dunia kemanusiaannya atau alam insaniyahnya.<br />Kembalinya manusia ke alam insaniyah yang sesungguhnya inilah yang disebut<br />"idul Fitri" atau kembali ke fitrah (kesucian, kealamiahan).<br /><br />Fitrah inilah sesungguhnya yang kita sebut tadi dengan penglihatan<br />spiritual. Yaitu suatu kemampuan untuk memandang dengan hati nurani.<br />Pandangan nurani inilah sesungguhnya pandangan manusiawi. Pandangan<br />yang mampu menjangkau di balik pandangan kasat. Sebagai ilustrasi,<br />jika anda berjalan bersama 5 kawan yang datang dari latar belakang;<br />warna kulit, bahasa, tradisi, bangsa Eropa, Asia, Afrika, China, Arab,<br />dll, tiba-tiba di tengah jalan anda dan kawan-kawan ini menyaksikan<br />suatu tabrakan dahsyat, dimana seorang bayi ditabrak mobil misalnya.<br />Maka saya yakin, semua yang menyaksikan itu, baik yang hitam, putih,<br />bermata sipit, Eropa, China, Asian, dll, semuanya akan merasakan suatu<br />perasaan yang sama. Yaitu suatu perasaan iba, kasihan atau apapun<br />istilahnya. Yang jelas terjadi suatu perasaan yang sama pada setiap<br />individu yang berlatar belakang sosial mapun lahiriyah yang jauh berbeda.<br /><br />Perasaan inilah sesungguhnya merupakan indikasi fitrah yang paling kuat<br />dalam diri seseorang. Semua manusia memiliki perasaan seperti ini. Karena<br />fitrah ini tak akan mungkin terobah apalagi hilang dari seorang manusia.<br />"Fitratallahi allati fatarannasa 'alaeha laa tabdiila likhalqillah" (Fitrah<br />Allah, dimana manusia diciptakan sesuai dengan fitrah itu. Tiada perubahan<br />dalam ciptaan fitrah itu).<br /><br />Maka istilah Idul fitri sesungguhnya, bukanlah istilah yang harus<br />ditafsirkan secara harfiyah (tekstual), melainkan difahami sebagai upaya<br />untuk menyingkap berbagai sitar antara dunia manusia dengan alam nuraniya<br />(fitrahnya) sendiri. Di sinilah manusia (baca ummat Islam) diwajibkan<br />meninggalkan simbol-simbol kesenangan dunianya (kecenderungan perut dan<br />apa yang di bawah perut) di siang hari untuk mengikis kecenderungan yang<br />melupakan (lahwun) fitrah.<br /><br />Pokok-pokok sentuhan Fitrah<br /><br />Sebenarnya kehidupan manusia seluruhnya harus tertata di atas nilai-nilai<br />fitrah ini. Sebab memang manusia diciptakan di atas nilai-nilai fitrah tadi<br />(Fitratallahi allati fatarannasa 'alaeha). Namun demikian, dapat dikatakan<br />bahwa sentuhan pokok fitrah manusia ada pada 4 hal:<br /><br />Pertama, Ma'rifat al Khaliq<br /><br />Sentuhan fitrah yang paling terbesar adalah pengenalan terhadap sang Khaliq.<br />Barangkali inilah sentuhan fitrah yang terbesar karena merupakan fakta<br />terbesar pula dalam kehidupan manusia. Sehingga dikatakan, jika seorang<br />manusia tidak lagi mengenal Tuhannya maka jangan diharap dia akan mengenal<br />apapun, termasuk dirinya. Barangkali inilah fakta kehidupan manusia saat<br />ini.<br />Manusia tidak lagi mengenal apa-apa dengan benar, termasuk mengenal dirinya<br />sendirinya, karena mereka telah jahil terhadap hakikat Rabnya. "Nasullaha<br />fansaahum anfusahum, ulaaika humul ghaafiluun" (Mereka lupa Allah, maka<br />Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-<br />orang yang lalai).<br /><br />Memang rasanya sangat berlebihan jika manusia tidak lagi mengenal Tuhannya.<br />Padahal hakikatnya, dimana pun mata memandang Tuhan menampakkan diriNya<br />(kebesaranNya) secara jelas. Di sinilah sebabnya, sehingga Rasulullah SAW<br />pernah bersabda: "Pikirkanlah ciptaan Allah dan Jangan memikirkan Dzat<br />Allah, sebab kamu tak akan mampu mencapaiNya". Disebutlah dalam buku-buku<br />sejarah para ahli tasawuf, bahwa suatu ketika AL Ghazali berjalan di<br />pinggir pantai. Lalu di pandangnya keindahan ombak di lautan, seraya<br />berujar: "aku lihat Tuhanku berenang-renang". Tentulah Al Ghazali<br />memaksudkan di sini, betapa kebesaran Ilahi terpancar lewat keindahan<br />ombak lautan sekalipun.<br /><br />Berbagai ayat dalam Al Qur'an menjelaskan, bahwa Allah menampakkan<br />tanda-tanda kebesaranNya dalam segala ciptaanNya, termasuk dalam diri<br />manusia itu sendiri. "Akan Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami<br />di angkasa luar dan pada diri-diri mereka, apakah mereka tidak melihat?"<br />Bahkan perintah menganalisa, membaca dalam Al Qur'an sebagai wahyu pertama<br />intinya memerintahkan manusia untuk memikirkan penciptaan dirinya sendiri<br />dalam upaya untuk mengenal Rabbnya Yang telah mencipta (Iqra' bismi Rabbika<br />alladzi Khalaq".<br /><br />"Tidakkah mereka lihat bagaimana onta diciptakan. Bagaimana langit<br />ditinggikan. Bagaimana gunung ditancapkan. Dan bagaimana bumi dihamparkan"<br />firmanNya.<br /><br />Demikian menyatunya antara Khaliq dan fitrah manusia, sehingga seingkar<br />apapun manusia, ia tak akan mampu mengingkari adanya wujud Ilahi. Disebutkan<br />dalam Al Qur'an bahwa Iblis ketika diusir dari Syurgapun masih mengakui<br />kebesaran Ilahi. "Fabiizzatika laughwiyannahum ajma'iin" (Hanya dengan<br />kemuliaanMu ya Allah, akan kami sesatkan mereka semua).<br /><br />Fir'aun sang mutakabbir yang berlebihan, pengaku tuhan tertinggi, bahkan<br />berpura-pura tidak mengenal Tuhan ketika Musa AS memperkenalkan kebesaranNya<br />kepadanya: "Wamaa Rabbukuma ya Musa wa Haruun" (Siapa sih Tuhanmu wahai Musa<br />dan harun?). Namun terbukti bahwa fitrahnya tak akan mampu mengingkari Tuhan<br />ketika ia tenggelam di laut merah, di saat keangkuhannya tersingkap karena<br />dunia luarnya telah mengkhianatinya. Kekuasaannya, tentaranya, kekayaannya,<br />dan semua kesombongannya lari meninggalkannya di tengah laut menjerit-jerit<br />memohon pertolongan. Akhirnya, ia berkata: "al aana amantu biRabbi Musa wa<br />Haruun" (Sekarang saya beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun). Inilah<br />pengakuan fitrah. Namun pengakuan terpaksa tak akan pernah diterima dalam<br />ajaran kebenaran.<br /><br />Kini manusia modern berpura-pura pula tidak mengenal Allah. Namun dari hari<br />ke hari, mereka jsuteru sesungguhnya mengejar, berlari mencari Tuhannya.<br />Batin mereka menjerit. Mencari sesuatu yang lebih dari apa yang saat ini<br />nampak, dan apapun yang akan nampak dalam pandangan kasat manusia<br />(material). Mereka mengejar semua itu, namun tak kunjung mendapatkannya,<br />karena mereka tenggelam dalam kepura-puraan mengingkari fitrahnya.<br />Nuraninya tertutupi alam material untuk mengakui Ilahnya yang terang<br />benderang di hadapan matanya.<br /><br />Kedua, Ma'rifat al insan.<br /><br />Sebagaimana disebutkan bahwa keberhasilan manusia dalam mengenal Tuhannya<br />atau kegagalannya dalam mengenal Tuhannya akan melahirkan pula pengenalan<br />terhadap dirinya atau kejahilan terhadap dirinya sendiri. Manusia hanya akan<br />sadar akan dirinya jika sadar akan Tuhannya. Sebaliknya, manusia akan jahil<br />terhadap dirinya jika ia jahil terhadap Tuhannya. Sehingga sebagai<br />penafsiran dari ayat: "Nasullaaha fa ansaahum anfusahum" (mereka lupa<br />Allah, maka Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri),<br />disebutkan dalam sebuah pepatah Arab: "man 'arafa nafsahu faqad 'arafa<br />Rabbah" (siapa yang kenal dirinya maka dia sudah kenal Tuhannya). Ini<br />adalah konsekwensi logis. Bahwa mereka yang mengenal Allah, baik dalam<br />alam pemikiran (keyakinan/iman) maupun aksinya (amal), adalah manusia<br />yang sadar akan dirinya. Mereka tahu, dari mana mereka, bagaimana mereka,<br />serta akan ke mana mereka sesungguhnya dalam kehidupan ini.<br /><br />Berbeda dengan mereka yang tidak sadar diri (karena tidak kenal Tuhan),<br />mereka serba semrawut kehidupannya. Kehidupan manusia semacam ini adalah<br />kehidupan "budak-budak" material yang tunduk patuh kepada rutinitas<br />keduniaan. Mereka tidak lagi sebagai "ahsanu taqwiim" (sebaikbaik ciptaan),<br />atau makhluk yang termulia (karramna banii aadam) serta bukan lagi sebagai<br />pemegang amanah pengendali bumi (khalifah) yang telah diberikan autoritas<br />penuh "Huwalladzi khalaqa lakum maa fil ardh" (Dialah Allah yang telah<br />menjadikan semuanya "bagimu" apa-apa yang ada di atas bumi ini) untuk<br />mengelolah bumi ini dalam rangka kemakmuran mereka sendiri. Sebaliknya,<br />mereka telah menjadi budak-budak keduniaan (material). Mereka tidak punya<br />pijakan hidup, sehingga mereka cenderung mengikut kepada "perubahan situasi"<br />dan bukannya mereka menjadi "penggerak/pengendali prubahan" tersebut.<br /><br />Kegagalan manusia dalam mengenal dirinya inilah yang melahirkan berbagai<br />sifat maupun sikap yang serba jahil. Kesimpang siuran nilai-nilai kehidupan,<br />kesemrawutan prilaku, menjadi fenomena utama masyarakat jahil tersebut.<br />Barangkali contoh-contoh klasik, seperti homoseksualitas, lesbianisme,<br />poliamorisme, free sex, berbagai bentuk violence, dll, adalah contoh-contoh<br />yang terjadi setiap saat di depan mata kita. Manusia telah berdaya upaya<br />untuk menanggulangi semua ini. Milyaran dollar telah dibelanjakan untuk<br />mencari solusi. Namun tak kunjung redah apalagi habis, karena dalam<br />prosesnya justeru manusia semakin diajak untuk tidak mengenal dirinya<br />sendiri. Dan ini pulalah dilema dunia barat saat ini. Sadar akan<br />keboborokan yang terjadi, namun tidak sadar kalau semua itu sebagai akibat<br />dari kejahilan terhadap dirinya, akibat kejahilan akan KhaliqNya.<br /><br />Ketiga, Ma'rifat al Wali wal 'Aduw<br /><br />Sentuhan fitrah yang ketiga adalah mengenal kawan dan lawan. Sebagaimana<br />perkawanan (walaa), permusuhan ('adaa) juga adalah bagian dari fitrah<br />manusia. Hanya saja, bahwa dalam kenyataannya manusia banyak tidak mengenal<br />siapa kawan (wali) dan siapa pula musuh ('aduw)nya. Sehingga terkadang<br />manusia yang seharusnya bermusuhan dengan musuh-musuhnya, menjadi berkawan<br />bahkan terkadang kongkalikong (kolusi) dengan musuh-musuhnya.<br /><br />Ketika Adam pertama kali diturunkan di atas bumi ini, pesan Allah yang<br />pertama kepada Adam dan isterinya adalah: "Qulnahbithuu ba'dhukum liba'dhin<br />adhuwwun" (Turunlah kamu dalam keadaan bermusuhan). Para ulama mengatakan<br />bahwa "ba'dhukum liba'dh" di atas adalah salah satu bentuk kata yang<br />menggambarkan keadaan atau "haal" dalam istilah tata bahasa Arab. Artinya,<br />manusia hadir di atas dunia ini dalam keadaan bermusuhan. Bermusuhan dengan<br />siapa? Konteks ayatnya jelas, yaitu dengan Iblis.<br /><br />Masalahnya adalah seringkali kita salah persepsi bahwa Iblis itu adalah<br />makhluk terpisah yang jauh dari kita. Barangkali ini benar. Namun dilihat<br />dari hakikatnya, sesungguhnya Iblis itu terkadang menyatu dengan diri-diri<br />kita. Karena demikian dekatnya, sehingga semua arah terkuasai olehnya untuk<br />menggoda kita. "Dari depan, belakang, kanan dan kiri" semuanya dapat<br />dipergunakan untuk menyesatkan manusia. Ini pula maknanya, sehingga<br />Rasulullah SAW mengatakan bahwa musuh terbesar kita adalahmusuh yang ada<br />pada diri kita sendiri (hawa nafsu).<br /><br />Untuk melepaskan kungkungan Iblis (musuh) terhadap diri kita diperlukan<br />Allah (wali) sebagai pembenteng. Manusia yang taqarrub (dekat) dengan<br />Tuhannya inilah yang pasti jauh dari musuhnya (Iblis). "Allaahu<br />Walyyulladzina aamanuu. Walladziina kafaruu awliyaauhum at Thaguut"<br />(orang-orang yang beriman itu walinya adalah Allah, sedangkan orang-orang<br />kafir wali-walinya adalah thagut). Dan orang yang menjadikan Allah sebagai<br />walinya tak akan mengalami rasa takut dan khawatir dalam kehidupan ini.<br />"Alaa inna awliyaaLLAHI laa khawfun 'alaihim walaa hum yahzanuun" (Sungguh<br />bagi wali-wali Allah tiada takut bagi mereka dan tiada mereka bersedih).<br />Kini ditemukan bahwa ternyata penyakit "takut dan khawatir" adalah sumber<br />dari berbagai penyakit manusia. Dan ini pula kekhasan manusia modern, jika<br />miskin bersedih, jika kaya takut bangkrut. Akhirnya hidupnya dibayang-<br />bayangi oleh hantu "takut" dan "khawatir".<br /><br />Keempat, ma'rifat al Waqi'<br /><br />Manusia hidup di alam kenyataan. Bagi seorang Muslim hidup ini adalah<br />realita. Bukan sebagaimana teori nihilisme yang memandang dunia ini sebagai<br />"ilusi" yang seolah-olah hanya bayangan. Dari sinilah Al Qur'an menyatakan:<br />"Wa lakum filadhi mustaqarr wamataa'" (Bagimu di atas bumi ini tempat<br />tinggal dan kesenangan). Hanya saja, segera Allah lanjutkan: "ilaa hiin"<br />(hingga pada batas tertentu). Batas ini meliputi dua makna, batas waktu dan<br />juga batas kwalitas.<br /><br />Maka pengenalan terhadap "alam kenyataan" juga merupakan bagian dari fitrah<br />manusia. Manusia tidak bisa berpura-pura jadi makhluk lain (malaikat)<br />misalnya, lalu cenderung mengingkari alam kenyataan ini. Sebab itu adalah<br />pengingkaran total terhadap fitrahnya sendiri. Maka rasulullah SAW sangat<br />marah kepada tiga sahabat yang bertekad meninggalkan dunia ini dalam rangka<br />pengabdian kepada Allah. Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa orang yang<br />mencari dunia ini namun tetap mengabdi kepada Tuhannya adalah lebih baik<br />ketimbang seseorang yang menghabiskan seluruh masanya hanya untuk ibadah<br />ritual semata. Bahkan berbagai ayat dalam Al Qur'an jelas-jelas mewajibkan<br />mencari dunia sebagaimana mewjibkan manusia mencari Akhiratnya.<br /><br />Maka manusia yang tidak mengenal "Waqi'"nya akan menjadi "korban" kehidupan.<br />Sebab dia akan tergilas dengan perjalanan kehidupannya itu sendiri. Maka<br />bagi seorang Muslim, ia harus memandang kehidupan ini dengan pandangan yang<br />serius. Namun keseriusan itu tidak menjadikannya gagal untuk mengenal<br />hakikat dan tujuan hidup yang sesungguhnya (beribadah). Manusia Muslim<br />tenggelam secara fisik ke alam bumi, namun ia memiliki orientasi "langit"<br />yang tinggi. Sebab hanya dengan keseimbangan seperti ini, manusia menemukan<br />fitrah kehidupannya yang sebenarnya.<br /><br />Semoga 'Idul fitri kita merupakan pesta perayaan kemenangan fitrah. Amin!Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-33227960967165705262009-07-30T19:37:00.001+08:002009-07-30T19:37:52.789+08:00AMAL JAMA’I: SEBUAH PENGANTARBeberapa pertanyaan yang sering muncul dalam kajian tentang amal jama’i diantaranya :<br />1.apakah setiap program harus dilaksanakan oleh seluruh anggota?<br />2.apa beda antara amal jama’i dengan kerjasama anggota?<br />3.mungkinkah amal jama’i dilakukan hanya oleh seorang?<br />4.bagaimana kewajiban pemimpin dan anggota?<br />5.bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan efektif bagi sebuah organisasi?<br /><br />syaikh Musthofa Masyhur memberikan ta’rif amal jama’i sebagai berikut :<br />“gerakan bersama untuk mencapai tujuan organisasi berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan”.<br /><br />Beberapa tafsir dari ta’rif diatas adalah :<br />1.amal jamai merupakan gerakan bersama, dimana setiap anggota menjalankan fungsi strukturalnya dengan orientasi pencapaian tujuan.<br />2.bahwa amal yang dilakukan oleh seluruh anggota adalah dalam rangka mencapai tujuan organisasi.<br />3.bahwa amal yang dilakukan harus berdasar keputusan yang telah ditetapkan sesuai mekanisme yang berlaku.<br /><br />Ta’rif diatas juga mensyaratkan bahwa amal jama’i hanya bisa dilakukan oleh organisasi/jama’ah yang mempunyai:<br />1.tujuan (ghoyyah) /visi misi yang jelas<br />2.manhaj/metodologi gerakan yang kokoh<br />3.unsur kepemimpinan (qiyadah) yang berwibawa<br />4.keta’atan anggota terhadap pimpinan<br />5.pola pengorganisasian (tandhim) yang rapi<br /><br />Qiyadah dalam sebuah jama’ah merupakan unsur vital yang akan membawa jalannya organisasi. fungsi strategis qiyadah diantaranya: fungsi koordinatif (mengatur), fungsi imperatif (memaksa), vonis keputusan (terutama dalam situasi darurat). Qiyadah dipilih untuk dita’ati.<br /><br />Syuro merupakan salah satu instrumen pengambil keputusan yang paling substansial dalam sebuah organisasi. jika mekanisme pengambilan keputusan selalu berjalan dengan baik, maka organisasi tersebut akan mempunyai soliditas dan resistensi yang tinggi terhdap goncangan yang biasanya mengakhiri riwayat banyak organisasi. asas penentuan sikap dan pengambilan keputusan adalah asumsi mahlahat yang terdapat dalam perkara itu. Karena sifatnya asumsi, maka sudah pasti relatif, karenanya sangatlah mudah mengalami perubahan-perubahan. Sehingga sebuah keputusan syuro selalu mengandung resiko. Sepanjang yang dilakukan syuro adalah mendefinisikan mashlahat ammah atau mudharat asumtif, maka selalu ada resiko kesalahan. Atau setidak-tidaknya “tempo kebenarannya” sangat pendek. Fungsi syuro ini dapat terlaksana bila memenuhi syarat :<br />1.tersedianya sumber-sumber informasi yang cukup untuk menjamin bahwa keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.<br />2.tingkat kedalaman ilmu pengetahuan yang memadai harus dimiliki setiap peserta syuro.<br />3.adanya tradisi ilmiah dalam perbedaan pendapat yang menjamin keragaman pendapat yang terjadi dalam syuro dapat terkelola dengan baik.<br /><br />Syuro punya fungsi psikologis dan fungsi instrumental. Fungsi psikologis terlaksana dengan menjamin adanya kemerdekaan dan kebebasan yang penuh bagi peserta syuro untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara wajar dan apa adanya. Tapi, tenyu saja setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan dirinya. Jika ruang ekspresi tidak terwadahi dengan baik, maka akan terjadi konflik yang kontraproduktif dalam syuro.Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-78738481250668096372009-07-30T19:36:00.000+08:002009-07-30T19:37:25.890+08:00SYAHADATAIN, dan semuanya jadi baik..POTRET SYAHADAT UMMAT<br />Keadaan kaum muslimin saat ini memang sangat memprihatinkan, bukan sekedar aspek materi yang minim, dengan gejala kemiskinan yang lekat dengan citra kaum muslimin, tapi juga aspek immateri yang meliputi : pendidikan, kesehatan, kesejahteraan bahkan aspek keyakinan terhadap dien-nya pun sangat lemah.<br />Bila kita gunakan Alquran sebagai teropong untuk melihat ummat, maka akan kita dapati ummat Islam dewasa ini adalah ummat LAIN, bukan sebagai ummat Alquran yang dilukiskan Allah SWT sebagai ummat terbaik, yang dijelaskan alasan terbaiknya karena mereka menyeru orang berbuat makruf dan mencegah orang bebuat munkar, serta beriman kepada Allah.<br />Secara umum dapat dikatakan bahwa kaum muslimin memiliki kelemahan di bidang aqidah, tsaqofah, tarbiyah, manajemen organisasi, dakwah dan akhlak. Kondisi ini berlaku di hampir semua negara-negara Islam/ mayoritas Islam.<br />Semua ini tak lebih karena kelalaian kaum muslimin yang seharusnya mampu menjadi Khalifah (pengatur) di muka bumi. Kita kehilangan kemampuan dalam menerjemahkan kehendak-kehendak Ilahiyah dalam bentuk yang aplikatif. Padahal alam semesta ini adalah milik Allah sehingga hanya Dia yang dapat mengoperasikan perputaran roda alam ini, sehingga ketundukkan dan kepatuhan kepadaNya adalah mutlak karena walaupun kita membangkang atau tidak melaksanakan kehendakNya –yang menyebabkan kehancuran dan kebinasaan—maka tidaklah berkurang kekuasaanNya.<br />Sebuah majalah Islam, Suara Hidayatullah, di tahun 90-an telah mengangkat fenomena ini dalam rubrik Kajian Uatama-nya. Disebutkan disana bahwa keadaan ummat yang carut marut ini adalah sebuah cerminan dari kualitas syahadat ummat yang masih sangat rendah, dan sekarang fenomena ini masih terus berlanjut, bahkan semakin menggejala.<br /><br />MENEMUKAN KEMBALI SYAHADATAIN...<br />Kenapa ummat Islam terjebak pada situasi ini ? ini tak bukan karena kita semakin kabur dalam melihat visi dan misi mengapa kita diciptakan. Kekaburan visi kita kedepan tercermin dalam kelalaian kita kepada hari akhir yang kekal dan kita hanya sibuk dengan kesenangan dunia yang sifatnya sementara. Kekaburan visi misi mengapa kita diciptakan tercermin dalam kealpaan kita dengan tugas sebagai hamba sekaligus khalifah Allah di muka bumi yang semuanya ini adalah aktualisasi dan realisasi dari kekuasaan Allah yang merupakan penguasa tunggal, dengan kata lain kita sudah kabur dengan ke-tauhid-an kita terhadap Allah. Banyak diantara kaum muslimin yang beridentitas-Islam, mereka membaca syahadat tetapi belum bersyahadat, mereka mengerjakan sholat tetapi belum mendirikan sholat, mereka menunaikan haji tetapi belum berhaji, bahkan mereka memperjuangkan Islam tetapi mereka belum berjuang untuk Islam.<br />Sesungguhnya perjuangan berat Rosulullah dalam menemukan syahadat telah terlambang dalam peperangan lahir, yang digambarkan dalam bentuk perang fisik melaawan bala tentara pimpinan Abu Sufyan. Sedang peperangan bathin adalah melawan hawa nafsunya sendiri, sesuai sabdanya bahwa jihad akbar adalah jihad melawan hawa nafsu sendiri.<br />Barulah setelah itu syahadat dalam pengertian sesungguhnya dapat dijumpai oleh segenap umat Islam pada zaman itu. Rosul pun tidak terlalu sulit dalam menebarkan benih-benih syahadat dalam masyarakat Islam. Relatif tidak begitu lama dalam jangka waktu dua puluh tiga tahun, buah syahadat menampakkan diri berupa tatanan masyarakat Islami yang diidam-idamkan.<br /><br />NILAI STRATEGIS SYAHADAT<br />Benarkah syahadatain dapat merubah tatanan masyarakat, yang tadinya jahily menjadi tatanan masyarakat islam? Dimanakah letak strategis syahadatain? Bagi sebagian orang mungkin tak akan percaya bahwa sesungguhnya perubahan itu dimulai dari syahadatain. Tapi fakta sejarah telah membuktikan bahwa rosulullah mengubah dunia dengan landasan awal syahadatain.<br />Setidaknya ada beberapa nilai strategis syahadatain, yaitu :<br />1. Pintu gerbang Islam<br />apa sih bedanya orang Islam dengan kafir ? pakah dari namanya? Robert dengan Hasan? Atau dari wajahynya berjenggot atau tidak? Ternyata ada juga Robert yang beragama islam sedang hasan beragama nasrani dan banyak kaum muslimin yang tidak berjenggot sedangkan penyanyi barat yang kristen berjenggot, bahkan pencuri-pencuri arab yang kafir juga berjenggot.. lalu apa yang membedakannya?yang membedakanya adalah syahadat. Seseorang dikatakan muslim bila dia mengikrarkan syahadatain karena sesungguhnya syahadatain merupakan pernyataan ketundukkan (Islam) itu sendiri.seseorang belum dikatakan muslim bila hanya mengikrarkan Laa Ilaha Ilallah sebab hakikat seorang muslim adalah ketundukan, jika belum tunduk kepada sunnah rosulullah maka belum Islamlah dia (QS 60:13; 59:7).<br />2. Syahadat merupakan inti ajaran Islam<br />Islam bila diperas maka akan kelihatan pangkal dan ujungnya merupakan laa Ilaha Ilallah. Dari segala aspek peribadatan ternyata menuju kepada pengabdian kepada Yang Esa, yaitu Allah. Islam mencakup ibadah dalam arti khusus (mahdloh) yang benar-benar ditujukan kepada Allah semata, Islam mencakup Ibadah alam arti luas/umum, muamalah (ghoir mahdloh) yang merupakan konsekuensi dari tugas kholifah dan fungsi kholifah inilah yang merupakan bukti aktuaisasi kekuasaan Allah Yang Maha Besar yang tidak hanya bisa menuruti perintahNya ataupun membangkang, namun juga bisa memilih mana yang baik untuk dia dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu (QS 20:123-124).<br />3. Syahadatain merupakan Asas perubahan<br />segala ssuatu yang ada di alam ini apat berubah sesuai dengan sunnatullah kecuali sunnatullah itu sendiri. Namun sesuatu itu ada yang cepat berubah dan ada yang lambat. Pengetahuan dan teknologi mudah sekali berubah, kebudayaan lebih lambat, dan ideologi/keyakinan/akidah susah untuk berubah, sehingga dapat dikatakan manakala ideologi seseorang sudah berubah, maka berubah pula tatanan kehidupan dia (budaya, teknologi, pengetahuan, cara hidup dsb). Demikian pula dengan orang Islam apabila syahadat yang merupakan inti ajran Islam sudah menancap dalam dirinya sebagai akidah, maka berubah pula seluruh aspek kehidupannya seperti halnya seorang Umar bin khottob yang dulunya seorang jahiliyah yang bengis sehingga tega membunuh anak perempuannya sendiri dan bodoh karena menyembah berhala dapat berubah menjadi seorang penyayang yang selalu ronda tiap malam untuk mencari orang yang membutuhkan dan menjad seorang yang pandai sehingga mampu membuat undang-undang sesuai syariat Islam setelah dia bersyahadat. Syahadat inilah yang akan selalu memompa semangat ummat Islam untuk selalu membuat perubahan yang lebih baik (QS 13:11) dan karena inlah orang-orang kafir sangat takut kepadanya.<br />4. Syahadat merupakan hakikat dakwah para rasul<br />rasul dilahirkan dari ibu yang berbeda-beda namun mempunyai misi yang sama. Syariat yang dibawa rosul dapat berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu beriman kepaada Allah dan menjauhi thogut.<br />5. syahadat merupakan keutamaan yang agung<br />syahadat dapat menyelamatkan dari azab Allah di dunia dan akhirat. Juga menjadi sebab terhapusnya dosa dan maksiat sertta sebab masuknya seseorang kedalam surga dan tidak kekal di neraka.<br /><br />KANDUNGAN SYAHADAT<br />Setelah kita mengetahui urgensi syahadat dala kehidupan maka perlu sekiranya kita mengetahui kandungan syahadat karena kandungan syahadat inilah yang menjadikan kengerian orang kafir seperti diungkapkan Amr bin hisyam (abu jahal) kepada nabi sekaligus ketenangan bagi kaum muslimin. Syahadat merupakan sebuah ikrar, sumpah dan janji yang diyakini dalam hati diucapkan oleh lisan dan diamalkan sesuai dengan rukun-rukun tang telah ditetapkan yang isinya tentang Tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.<br />Kandungan Laa ilaha Ilallah sendiri adalah bahwa kita mengakui tidak ada pencipta, tidak ada pemberi rizqi, tidak ada penguasa, tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat, tidak ada pengatur alam semesta ini, tidaka da pelindung, tidak ada hakim, tidak ada yang berhak memerintah dan melarang, tidak ada pembuat syariat, tidak ada yang ditaati an tidak ada yang pantas disembah serta diibadahi kecuali Allah, sedangkan kandungan Muhammadurosulullah adalah kita wajib taat dan mengambil suri teladan untuk kita realisasikan dalam kehidupan hanya kepada Nabi Muhammad.<br /><br />KONSEKUENSI SYAHADAT<br />Kandungan syahadat diatas sudah barang tentu akan membawa konsekuensi yang antara lain :<br />1. Cinta dan Iman tanpa ragu-ragu<br />Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RosulNya kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan juwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (QS 49:15).<br />2. Jihad<br />segala kesaksian dan pernyataan tanpa bukti sesungguhnya hanyalah angan-angan. Bukti bahwa orang yang bersyahadat adalah dengan kerelaannya mengorbankan segala apa yang dia punyai baik harta maupun jiwa untuk menegakkan kalimat syahadat di muka bumi. Namun ini semua tak akan pernah terealisir kecuali dengan jihad (kesungguhan).<br />3. Alwala’ wal bara’<br />kalimat syahadat merupakan upaya pelepasan diri/penolakan terhadap semua Ilah (bara’) dan penisbahan diri menjadi seorang hamba hanya kepada Allah (wala’) sehingga konsekuensinya seorang yang telah bersyahadat harus berani menolak segala bentuk penghambaan kepada selain Allah dan segala kedzaliman. Selain itu dia harus tunduk, patuh dan loyal (setia) kepada Allah (QS 60:1).<br />4. Totalitas Islam<br />Allah tidak menghendaki ada penyekutuan terhadapNya karena Dia tidak menghendaki adanya parsialisasi Islam sebab dengan parsialisasi maka akan menggambarkan terbaginya cinta dimana hal inilah yang sangat dibenci Allah, dzat yang seharusnya paling dicinta (QS 9:24; QS 2:108).<br /><br />DAMPAK SYAHADAT<br />Apabila syahadat telah menancap kuat pada diri kaum muslimin dan telah dia realisasikan melalui pemenuhan konsekuensinya maka kaum muslimin akan tumbuh sikap merdeka, mulia, tenang, aman, optimis, berani dan tawakkal. Selain itu akan turun barakah dari Allah dan akan mendapatkan kepemimpinan.<br /><br />EPILOG<br />Sesungguhnya kehidupan ini adalah cobaan bagi manusia. Segala persoalan islam yanga da pada saat bini juga merupakan cobaan bagi kaum muslimin. Kita diuji bagaimana kita mampu mempertahankan tauhid dalam kehidupan kita. Kita dulu dihidupkan dengan syahadat dan mati pun seharusnya dengan syahadat (syahid) pula sehingga kita mendapatkan jannah Allah yang dijanjikan. AmiinUrgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-21362209993856013422009-07-30T19:35:00.000+08:002009-07-30T19:36:00.628+08:00Untuk Para Pemuda Islam. DUA POTRET YANG BERBEDA<br />Seorang mahasiswi, di Palestina, bulan depan akan menikah dengan seorang pemuda, persiapan telah dilakukan, namun belum sempat masa bahagia itu terlaksana, ia—mahasiswi tsb—dikabarkan syahid, ternyata dia adalah salah seorang anggota organisasi terkenal di palestina yang mencetak anggotanya menjadi seorang pelaku bom syahid, dia telah memilih kemuliaan di sisi Allah dengan mengorbankan nyawa demi membebaskan negerinya.<br />Seorang mahasiswi, di Indonesia, bulan depan akan wisuda, gelar kesarjanan sudah nampak di depan mata, belum sempat masa bahagia terlaksana, ia dikabarkan tewas bunuh diri karena sang pacar tak mau bertanggungjawab atas kehamilannya.<br /><br />Menjadi pengamen di bus sebenarnya bukanlah cita-cita Udin, tapi apa daya, ia memilih hidup di jalanan karena ia melihat kehidupan disana, sementara bangku kuliah yang kemarin sempat di dudukinya sudah lama ditinggalkannya, bukan apa-apa, masalah biaya adalah masalah yang sampai sekarang belum sempat terpecahkannya.<br />Lain halnya dengan Aldin, ke kampus selalu bawa mobil, tiap hari main ke mall, malem ke diskotik, sempat tertangkap basah ketika nyabu bareng teman-teman kampusnya. Sementara orang tuanya sudah entah berapa kali mengingatkannya,..<br />ADA APA DENGAN PARA PEMUDA ???<br /><br /><br />B. PEMUDA ?? SIAPAKAH DIA ??<br /><br />Hasan AlBanna pernah berkata: “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini—iman, ikhlas, semangat, dan amal) merupakan karakter yang melekat pada diri PEMUDA, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda.”<br /><br />Musthofa Muhammad Thahan menjelaskan tentang kekuatan pemuda:<br />1. Sektor pembebasan dan kemerdekaan<br />Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran mengahdapi tantangan. dengannya ummat menghalau musuh dan mengangkat bendera kejayaannya.<br />2. Sektor pemikiran dan Pembentukannya<br />Pemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang amsih segar, kelenturannya cukup untuk terbentuknya pemikiran sekaligus mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain.<br />3. Sektor Iman dan Amal<br />Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya , sedangkan keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam bentuk gerakan membina umat.<br />4. Sektor Perubahan<br />Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan, Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka perubahan yang dilakukannya pun besar.<br /><br /><br />Pemuda adalah individu yang merupakan bagian dari masyarakat, dan pemuda adalah salah satu individu pilihan yang paling banyak kontribusinya di masyarakat, paling dinamis dan paling berpengetahuan. Masyarakat dapat bangkit bersama gerakan pemuda dan masyarakat akan diam dan tertinggal jika pemuda melalaikan kewajiban dan perannya.<br /><br />Selain memiliki kekuatan diatas, pemuda juga memiliki nilai strategis lain yaitu :<br />1.Memberi tanpa berpihak/obyektif/independen<br />2.Kelompok yang selalu bekerja<br />3.Wanita dan pria<br />4.Syuro tanpa sikap diktator<br />5.Bersifat internasional/mondial<br /><br />C. TENTANG “OSTEOPORESIS”<br /><br />Kalau memang pemuda memiliki kekuatan yang luar biasa, pertanyaannya adalah kenapa sampai saat ini umat Islam tak kunjung bangkit dari keterpurukannya??.<br />Bila seluruh umat Islam diibaratkan sebagai satu bentuk yang kokoh, maka pemuda adalah tulang punggungnya, pemuda adalah tulang punggung kebangkitan Islam, apa yang terjadi pada sebuah tubuh bila tulang punggungnya retak, keropos, atau bahkan patah ??<br />Ada diantara pemuda yang tumbuh dalam suasana bangsa yang sulit dan bergejolak, dimana kesadaran akan eksistensi diri selaku muslim dan keinginan untuk membangkitkan umat ini telah begitu kuat tertanam dalam dirinya.<br />Ada juga diantara para pemuda yang tumbuh dalam suasana bangsa yang bejat dan rusak, dimana para pemimpinnya tak mampu mensejahterakan rakyatnya, ketimpangan sosial begitu menganga, pengaruh barat telah merasuk hebat, gaya hidup yang hedonis dsb. Sehingga pemuda yang tumbuh dalam suasana ini aktivitasnya lebih banyak tertuju pada dirinya sendiri daripada pada umatnya, dia pun kemudian cenderung hura-hura, dan main-main karena untuk menenangkan hatinya, meski sementara. Saya menamakan fenomena ini sebagai OSTEOPOROSIS (pengeroposan tulang), dimana terjadi proses penghancuran kekuatan pemuda sebagai tulang punggung sebuah generasi.<br /><br />D. BERFIKIR GLOBAL, BERTINDAK LOKAL<br />Ketika kesadaran, secara perlahan mulai menyelimuti hati kita, maka satu hal yang mesti kita lakukan adalah : BERGERAK !!! karena sesungguhnya perubahan tidak akan pernah terjadi jika hanya DIAM.<br />Perhatikan kondisi di sekitar kita, layakkah itu kita sebut sebagai situasi yang Islami?? Benarkah pendidikan yang kita jalani adalah pendidikan yang sesuai dengan spirit Islam? Apakah pergaulan di masyarakat mencerminkan semangat persaudaraan Islam? Kalau tidak, segera susun kekuatan, galang persatuan dan gunakan sarana-sarana yang ada untuk MEMPERBAIKINYA!.Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-83659983604323130662009-07-30T19:34:00.000+08:002009-07-30T19:35:04.761+08:00Akidah Islamiyah<span style="font-weight:bold;">Keajaiban Alam Semesta<br />Bumi, langit dan seluruh alam semesta beserta seluruh isinya telah diciptakan oleh Alloh SWT. Kemudian semua itu dipelihara dan diatur oleh-Nya. Dari dulu hingga sekarang, bumi tetap pada posisi yang ideal. Andaikan terlalu dekat ke matahari seperti Venus, niscaya tidak akan ada kehidupan di dalamnya karena bumi terlalu panas dan beracun. Andaikan terlalu jauh seperti Mars, niscaya tidak akan ada yang hidup karena terlalu dingin dan tidak beroksigen. Dan anehnya, bumi tetap melayang pada posisinya.<br />Begitu juga planet-planet dan bintang-bintang. Semuanya berputar pada garis edarnya. Tidak ada yang bertabrakan. Tidak ada kehancuran. Kecuali meteor atau bintang yang sudah habis masanya. Dan itu pun tidak mempengaruhi sistem alam semesta. Kalaulah itu semua karena gravitasi, lalu dari manakah gravitasi itu? Semua menyimpulkan adanya peran Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa yang mengatur dan memelihara alam semesta.<br />Dan masih banyak lagi fenomena-fenomena di alam ini. Termasuk di bumi ini, misalnya fenomena munculnya hujan dan petir. Dan bahkan pada diri kita sendiri. Siapakah yang bisa menerangkan bagaimana jantung yang ada di dada kita dapat berdenyut tanpa kita suruh?<br />Lalu, apa yang akan terjadi apabila Tuhan itu lebih dari satu? Apa yang akan terjadi apabila ada dua saja tuhan yang mengatur alam semesta. Tentulah dunia ini sudah hancur sejak dulu.<br /><br /><br />PENGERTIAN<br />Secara bahasa, ‘Aqdun-‘Aqoid berarti akal atau ikatan. Maksudnya yaitu ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Alloh dan nilai-nilai Islam. Sedangkan secara istilah, Aqidah adalah suatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari.<br /><br /><br />URGENSI AKIDAH ISLAM DALAM KEHIDUPAN<br />Islam ibarat sebuah bangunan, sedangkan akidah merupakan dasar atau pondasi yang urgen (penting) bagi berdirinya bangunan Islam secara keseluruhan. Kuat lemahnya bangunan tergantung pada pondasinya. Meskipun bangunan itu terbuat dari besi dan beton, namun jika pondasinya terbuat dari kayu-kayu yang rapuh, maka bangunan yang kuat tadi akan menjadi bangunan yang mudah roboh. Sehingga semakin besar suatu bangunan, maka semakin membutuhkan pondasi yang kuat dan menghunjam ke bumi. Hal lain yang dapat dipetik dari hakikat ini adalah kita harus membangun pondasi (asas) terlebih dahulu sebelum mendirikan bangunan.<br />Akidah yang kuat diumpamakan sebagai pohon yang baik yaitu akarnya menghunjam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, berdiri kukuh, tidak mudah tergoyahkan meskipun diterjang oleh badai, dan pohon itu memberikan buah yang ranum lagi menyenangkan. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Ibrahim:24-25<br />Kekuatan akidah yang seperti itu akan memancar dari sikap hidup dan perilaku pemiliknya. Semua amal perbuatannya berasas dan berasal dari akidah Islam yang merupakan pantulan sinar keimanan dan aplikasi yang nyata atas keyakinan “laa ilaaha illallah”. Sedangkan setiap perbuatan yang tidak bersumber dari akidah Islam, maka tidak akan bernilai dan sia-sia belaka. Sebagaimana firman Alloh dalam QS. Ibrahim :18<br />Berikut ini adalah beberapa pentingnya akidah Islamiyah bagi kehidupan seorang Muslim :<br />1.Kemerdekaan Jiwa dari Kekuasaan Orang Lain<br />Sifat itu timbul karena keimanan yang sebenar-benarnya kepada Alloh, sehingga akan memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Alloh sajalah yang Mahakuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian, memberikan ketinggian kedudukan, menurunkan dari pangkat yang tinggi, juga hanya Dialah yang dapat memberikan kemudaratan dan kemanfaatan kepada seorang manusia. Selain tak ada yang kuasa melakukannya. Firman Alloh : QS.Al-A’raf :188.<br />Sebenarnya sebab utama yang mengekang manusia sehingga tidak dapat bergerak dengan bebas dan cepat, juga yang menjadi penghalang terbesar untuk mencapai kemajuan ialah sikap tunduk dan patuh pada orang lain. Sikap kediktatoran dari orang atau golongan lain itulah yang menghambat segala macam kemajuan.<br />Dengan Islam maka segala macam penghambaan haruslah dilenyapkan, sedang sebagai gantinya harus dikembangkan kemerdekaan setiap orang dari kungkungan dan belenggu. Hanya kepada Allah lah kita pantas untuk tunduk dan patuh, bukan kepada orang atau makhluk lain.<br />Bilal telah memberikan pelajaran kepada orang-orang yang semasa dengannya, juga kepada orang di segala masa, suatu pelajaran berharga yang menjelaskan bahwa kemerdekaan jiwa dan kebebasan nurani tidak dapat dibeli dengan emas separo bumi, atau dengan siksaan bagaimanapun dahsyatnya.<br />Dalam keadaan telanjang ia dibaringkan di atas bara, dengan tujuan agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya, tetapi ia menolak. Maka budak Habsyi yang lemah tidak berdaya ini telah dijadikan oleh Rasulullah SAW dan agama Islam sebagai guru bagi seluruh kemanusiaan dalam hal menghormati hati nurani dan mempertahankan kebebasan serta kemerdekaannya.<br /><br />2.Menumbuhkan Jiwa Keberanian dan Keteguhan untuk Membela Kebenaran<br />Kematian akan dianggap tidak berharga sama sekali, diremehkan, bahkan sebaliknya justru akan dicari secara syahid demi menuntut tegaknya keadilan dan kejujuran serta kebenaran.<br />Apa sebabnya jiwa keberanian itu timbul? Sebabnya ialah karana keimanan mengajarkan bahwa yang kuasa memberikan umur itu tidak ada selain Alloh. Umur tidak akan berkurang disebabkan manusia menjadi berani dan terus maju, tetapi tidak pula akan bertambah dengan adanya sikap pengecut dan licik.<br />Alangkah banyaknya manusia yang mati di atas kasurnya yang empuk, tetapi banyak pula orang yang selamat di tengah berkecamuknya peperangan yang mahadahsyat dan pertarungan yang amat sengit. Alloh berfirman dalam QS. Ali Imran :145<br />Keberanian dan keteguhan membela kebenaran bisa kita lihat ketika Ibn Rawahah mengobarkan semangat kaum Muslimin dalam perang Muktah. Ketika nyali kaum Muslimin mulai menciut melihat tentara Romawi yang seakan tiada ujung akhir dan seolah-olah tidak terbilang jumlahnya, Ibnu Rawahah berseru, “ Kawan-kawan sekalian! Demi Alloh, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasar bilangan, kekuatan atau banyaknya jumlah! Kita tidak memerangi mereka, melainkan karena mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya kita telah dimuliakan Alloh…!Salah satu dari dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau syahid di jalan Alloh…!”<br />Keimanan yang menghunjam dalam dadanya telah memunculkan keberanian sehingga ia tidak gentar menghadapi musuh walaupun jumlahnya sangat besar. Keimanan itu pula yang menahan dia untuk tetap berada dalam medan peperangan walau kondisinya sangat tidak seimbang bila dibandingkan dengan kekuatan yang amat dahsyat.<br /><br />3.Ketenangan atau Thuma’ninah<br />Yang dimaksud thuma’ninah adalah ketenangan hati dan ketentraman jiwa sebagai bekas dari adanya keimanan yang mendalam.<br />Jikalau hati sudah tenang dan jiwa tenteram maka kita akan merasakan kelezatan beristirahat, juga kenikmatan keyakinan dalam kalbu. Di samping itu ia akan berani menanggung segala kesukaran dan kesengsaraan dengan sikap yang berani, ia akan tabah menghadapi segala bahaya sebesar apa pun. Sementara itu ia akan meyakinkan pula bahwa pertolongan Alloh pasti akan diulurkan untuknya, karena hanya Dialah yang Mahakuasa untuk membuka segala pintu yang tertutup dan mendobrak segala jendela yang terkunci. Dengan kepercayaan yang sedemikian ini maka ia tidak mungkin akan dihinggapi oleh kesedihan, penyesalan, ataupun hendak mundur ke belakang, apalagi keputusasaan. Sifat ini sama sekali tidak terdapat dalam kamus kalbunya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Al-Baqarah :257.<br />Bekas keimanan yang mendalam sangat terlihat ketika Ismail menerima perintah Alloh bahwa dirinya harus disembelih oleh ayahnya sendiri. Ia tidak merasa khawatir sedikitpun akan dirinya. Begitu pula Ibrahim tidak merasa khawatir sedikitpun ketika menerima perintah untuk menyembelih anak satu-satunya yang sudah lama ia dambakan kehadirannya untuk meneruskan risalah Ilahi. Namun mereka berdua yakin bahwa ketika mereka sudah menyerahkan semuanya pada kehendak Alloh, maka Alloh lah yang akan menjamin segala urusannya.<br /><br />4.Keyakinan bahwa Rizki adalah Pemberian Alloh<br />Keimanan akan menimbulkan keyakinan yang sesungguhnya bahwa hanya Alloh jualah yang Mahakuasa memberikan rizki, juga bahwa rizki itu tidak dapat dicapai karena kerasukan orang yang bersifat tamak dan tidak dapat ditolak oleh keengganan orang yang tidak menyukainya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS. Hud:6 dan QS.Al-Ankabut:6.<br />Manakala akidah yang sebenar-benarnya itu sudah meresap dalam jiwa, sudah pasti manusia yang memilikinya akan terlepas dari hinanya sifat kikir, tamak, rakus, dan loba. Sebagai gantinya, ia akan bersifat dan berbudi yang utama seperti dermawan, suka memberi bantuan, gemar menolong, dll.<br />Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq patut menjadi contoh bagi umat Islam bahwa rizki Alloh senantiasa akan mengalir. Beliau infakkan seluruh hartanya untuk kepentingan Islam, bahkan tidak tersisa sedikitpun. Untuk dirinya dan keluarganya, ia tinggalkan Alloh dan Rosul-Nya. Subhanallah…Beliau sangat yakin bahwa dengan Alloh dan Rasul-Nya itu sudah lebih dari cukup dan rizki Alloh pun akan selalu ada untuknya dan keluarganya.<br /><br />MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT<br />1.Urgensi Syahadat<br />Syahadat merupakan ‘pintu masuk’ yang mengantarkan seseorang menuju Islam. Ia juga sebagai batas antara kekufuran dan keimanan, sehingga seseorang yang telah mengucapkannya (dengan kesadaran dan niat yang tulus) berarti telah menyandang status formal sebagai Muslim. Syahadat merupakan inti ajaran Islam, karena di dalamnya terkandung kalimat yang agung “laa ilaaha illallah”. Di samping itu, ia juga menjadi titik tolak perubahan seseorang dari kejahiliahan menuju kemuliaan Islam, dalam segala dimensinya. Syahadat juga merupakan hakikat dakwah atau ajaran yang dibawa oleh para rasul Alloh.<br /><br />2.Makna Syahadat<br />Kalimat syahadat terdiri atas syahadat tauhid : laa ilaaha illallah ( tiada sesembahan selain Alloh) dan syahadat Rasul : Muhammad Rasulullah, yakni meyakini bahwa Muhammad adalah utusan Alloh.<br />Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam, laksana nyawa yang merupakan nadi seluruh tubuh manusia. Seluruh anggota tubuh manusia tidak berfungsi sebagai seorang manusia yang hidup kalau nyawanya telah tiada. Seorang Muslim, biarpun ia banyak amal kebajikannya, tetapi jika tidak didasari ruh syahadataian, maka amal kebajikannya menjadi sia-sia di sisi Alloh SWT.<br />Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar syahadat seseorang diterima oleh Alloh SWT, yaitu :<br />a.Al ‘Ilmu (mengetahui maknanya dengan benar)<br />b.Al Yaqin (meyakini tanpa keraguan sedikitpun)<br />c.Ikhlas (murni karena Alloh dan tidak menyekutukan-Nya)<br />d.Al Qobul (penerimaan secara bulat terhadap ketentuan dan tuntutan yang terkandung di dalamnya)<br />e.Al Inqiyad (ketrikatan yang kuat terhadapnya)<br />f.Ash Shidiq (kesesuaian antara lahir dan batin, ilmu dan amal)<br />g.Al Mahabbah (disertai dengan segenap perasaan cinta kepada Alloh)<br /><br />Makna Syahadat Tauhid<br />Syahadat yang pertama dari dua kalimat syahadat tauhid yang berbunyi, Asyhadu anlaa ilaaha illallah. Kata asyhadu secara bahasa berasal dari kata syahada yang berarti I’lan (pernyataan), qassam (sumpah), dan wa’dun (janji).<br />Dari pengertian dia atas maka syahadat bukan hanya sebuah kalimat yang diucapkan oleh lisan sebagai formalitas kemusliman seseorang, melainkan harus merupakan keyakinan yang mendalam tanpa keraguan sedikitpun dan direlalisasikan dalam kehidupan seorang Muslim. Inilah makna Iman yang sebenarnya sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama bahwa iman adalah mengikrarkan dengan lisan, meyakini dalam hati, dan mengamalkan dengan anggota badan. Kalimat laa ilaaha illallah memiliki makna yang sangat lluas dan dalam, antara lain :<br />a.Tiada sesembahan selain Alloh<br />Bila seseorang telah mengikrarkan syahadat tauhid maka berarti telah mengimani Alloh sebagai satu-satunya al-ma’bud (yang disembah) dan tidak menyekutukanNya dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Thaha:14<br />Seseorang yang telah mengabdikan diri kepada Alloh, ia pasti membesarkan dan mengagungkan Alloh serta merendahkan diri kepada-Nya dalam seluruh kehidupannya. Aktivitas/amal perbuatan yang dilakukannya akan berorientasi kepada penghambaan diri kepada Alloh.<br /><br /><br />b.Tiada Pemimpin / Pelindung selain Alloh<br />Seseorang yang telah menjadikan Alloh sebagai sesembahannya dan mengabdikan dirinya kepada Alloh maka ia pun harus menjadikan Alloh sebagai pelindung / pemimpinnya. Seperti firman Alloh dalam QS. Al-Baqarah : 257 dan Al-Maidah : 5.<br />Seorang mukmin yang telah meyakini bahwa Alloh adalah pemimpin/pelindungnya, maka tidak ada kekuatan yang perlu ditakuti selain kekuatan Alloh, sehingga ia akan selalu patuh dan taat untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya dan ia akan tampil menjadi orang yang berani berpegang pada syariat-syariat Alloh. Kehidupannya akan senantiasa terarah oleh panduan hidayah Alloh.<br /><br />c.Tiada Tujuan selain Alloh<br />Bila seseorang telah menjadikan Alloh SWT sebagai wali/pemimpin/pelindung, maka ia akan melakukan apa saja yang diridhoi-Nya. Dengan kata lain, segala yang dilakukan adalah dalam rangka mencari ridha-Nya. Alloh lah yang menjadi satu-satunya ghayah (tujuan) bai semua aktivitas seorang mukmin. Sebagaimana firman Alloh dalam QS.Al-An’am:162-163 dan QS. Alam Nasyrah:8.<br />Nilai amal seorang hamba di hadapan Alloh sangat ditentukan oleh komitmennya menjadikan Alloh sebagai satu-satunya tujuan yang sering disebut niat yang ikhlas dan menjadikan keridhaan-Nya sebagai sentral/pusat dari semua aktivitas kehidupannya. Amal yang niatnya tercampuri oleh tujuan lain selain keridhaan Alloh, akan ditolak oleh Alloh karena hal itu merupakan salah satu bentuk penyekutuan Alloh<br /><br />Makna Syahadat Rasul<br />Alloh sebagai pencipta kita, tidak begitu saja membiarkan ciptaan-Nya kebingungan dalam mencari pegangan hidup. Alloh SWT memberikan petunjuk-Nya untuk seluruh manusia melalui Rasul-Nya.<br />Rasulullah Muhammad SAW sebagai rasul terakhir diutus oleh Alloh untuk manusia seluruhnya dan menjadi penutup para nabi. Beliau sebagai penyempurna ajaran-ajaran yang dibawa rasul-rasul sebelumnya (QS. Al-Anbiya’:107)<br />Dengan pengikraran syahadat yang kedua yaitu asyhadu anna muhammadurrasulullah, maka seseorang Muslim berkewajiban untuk :<br /><br />a.Membenarkan setiap apa yang beliau kabarkan<br />Sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah semata-mata berasal dari Alloh SWT. (QS.An-Najm:3-5)<br /><br />b.Taat terhadap apa yang diperintahkan<br />Taat dan patuh adalah suatu keharusan bagi kita yang sudah mengikrarkan syahadat . Taat kepada Rasul merupakan perwujudan taat kita kepada Alloh. (QS. An-Nisa:80).<br /><br />c.Menjauhi apa yang dilarang Rasulullah<br />Lihat QS. Al-Hasyr:7<br />d.Menjadikan Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan<br />Sudah barang tentu Rasul yang diutus Alloh adalah manusia pilihan. Rasulullah adalah teladan utama dalam kehidupan Muslim. (QS.Al-Ahzab:21)<span style="font-weight:bold;"></span></span>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-11551162915651881972009-07-25T21:52:00.002+08:002009-07-25T22:19:33.636+08:00Susunan Kepengurusan Rohis Teknk Kimia 2009<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link style="color: rgb(204, 51, 204);" rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Rohis adalah suatu organisasi di bawah HIMA (Himpunan Mahasiswa) untuk di setiap jurusannya. </span><span style="" lang="NL">Rohis ini adalah suatu organisasi yang berlandasakan Al-Quran dan Al-Hadist. Rohis ini adalah suatu organisasi dimana yang didalamnya bukanlah orang yang alim tetapi adalah sekelompok orang yang ingin merubah dirinya menjadi lebih baik. Orang salah mengartikan bahwa ROHIS ini adalah sekelompok orang yang berkumpul yang sudah memiliki ilmu agama yang tinggi, pendapat seperti itu salah dimana ROHIS disini adalah sekelompok orang yang ingin menjadi lebih baik lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="NL">ROHIS ini adalah Rohis dari Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda atau yang lebih sering di dengar ROHIS T-KIM. Menurut beberapa sumber Rohis ini adalah Rohis yang paling merdeka atau yang paling subur di setiap tahunnya karena memiliki kader yang berpotensi. </span><span style="" lang="FI">Tetapi pada tahun ini ROHIS Kimia mengalami kemunduran atau kurangnya aktif bagi pengurusnya. </span><span style="" lang="SV">Karena pengurus disini memiliki kesibukan masing-masing dan mendapatkan double amanah yang membuat ROHIS ini sedikit terlupakan. Sebenarnya ini semua bukan alasan bagi mereka yang mendapatkan amanah ini. Dimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Muhammad Ayat 7 yang berbunyi</span><span style="" lang="NL"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>”Barang siapa yang memperjuangkan Agama Allah pasti Allah akan memudahkan semua urusannya baik di dunia maupun di akhirat”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Jadi bagi kalian yang mengaku kader dakkwah jangan takut akan hal itu, karena itu adalah perkataan Allah langsung yang tak pernah ingkar dalam setiap perkataannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Dalam setiap organisasi pasti ada yang namanya Cinta Lokasi atau suka dengan sesama pengurus. Kenapa hal itu bisa terjadi? Hal ini bukan pada ROHIS saja tetapi ini juga terdapat di semua organisasi, karena seringnya kita bertemu dengan kader yang lain terutama Akhwatnya, nah inilah yang membuat virus merah jambu itu terjadi. Sebenarnya ROHIS ini adalah organisasi tentang keagamaan, tetapi kenapa hal itu bisa terjadi? Banyak orang yang berpendapat bahwa orang yang ikut ROHIS saja bisa berpacaran, berarti pacaran itu tidak dilarang dunkz? Nah disini lah para pengurus itu harus meluruskan pendapat dari orang-orang tersebut yang pemahamannya kurang tentang agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>----------------------Bersambung--------------------<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="font-size: 20pt; line-height: 150%;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);" align="center"><b style=""><span style="font-size: 20pt; line-height: 150%;" lang="SV">SUSUNAN KEPENGURUSAN ROHIS <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);" align="center"><b style=""><span style="font-size: 20pt; line-height: 150%;" lang="SV">TEKNIK KIMIA 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Ketua Umum<span style=""> </span>: Rizaldi Adyatma<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Sekretaris</span><span style="" lang="FI"><span style=""> </span></span><span style="" lang="SV">: Chairunnisa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Bendahara<span style=""> </span>: Raden Ajeng Ema Maulidya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="SV">Ketu</span><span style="" lang="FI">a Divisi Katalis<span style=""> </span>: Aslan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI">Ketua Divisi Taklim<span style=""> </span>: Ahmad Maulana Hasan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI">Ketua Divisi Medifo<span style=""> </span>: Hamsah Ramli<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI">Ketua Divisi Danus<span style=""> </span>: Lalang Dwi Yoga Sakti<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI">Ketua Divisi Keputrian<span style=""> </span>: Warni<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -27pt; line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 204);"><span style="" lang="FI">Nb : untuk anggotanya tidak dimasukkan karena lupa siapa dan dimana dia mendapatkan amanahnya. Afwan...<o:p></o:p></span></p> Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-6207807825588222822009-07-23T16:10:00.000+08:002009-07-23T16:12:21.797+08:00Ma'rifatullah<p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">Makna Ma’rifatullah</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">• Ma’rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">Pentingnya Mengenal Allah</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">• Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh dunia .<br />• Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122] .<br />• Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">a) Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.<br />b) Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.<span id="more-44"></span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">Jalan untuk mengenal Allah</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">1. Lewat akal:</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">• Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:<br />- fenomena terjadinya alam (52:35)<br />- fenomena kehendak yang tinggi(67:3)<br />- fenomena kehidupan (24:45)<br />- fenomena petunjuk dan ilham (20:50)<br />- fenomena pengabulan doa (6:63)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">• Ayat Qur’aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:<br />- keindahan Al-Qur’ an (2:23)<br />- pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]<br />- pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">2. Lewat memahami Asma’ul Husna:</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">- Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)<br />- Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)<br />- Allah sebagai pemilik (2:284)<br />- dll. (59:22-24)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah<br />• Kesombongan (QS 7:146; 25:21).<br />• Dzalim (QS 4:153) .<br />• Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .<br />• Dusta (QS 7:176) .<br />• Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .<br />• Berbuat kerusakan/Fasad .<br />• Lalai (QS 21:1-3) .<br />• Banyak berbuat ma’siyat .<br />• Ragu-ragu (QS 6:109-110)</p><div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 51);">Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS 2:6-7)</p>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-67182702745909834232009-07-23T16:05:00.000+08:002009-07-23T16:10:48.866+08:00Al-Quran<p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Definisi Al-Qur’an</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">• Secara bahasa berarti “bacaan”.<br />• Secara istilah berarti “Kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah”</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Nama-nama Al-Qur’an<br />• Al-Qur’an/ Bacaan [17:9] .<br />• Al-Kitab/ Buku [21:10].<br />• Al-Furqon/ Pembeda [25:1]<br />• Adz-Dzikr/ Pengingat [15:9].<br />• An-Nur/ Cahaya [4:174]</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Karakteristik Al-Qur’ an<span id="more-47"></span><br />• Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia [ 20:2].<br />• Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara [56: 77-78] .<br />• Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an [2:23, 17:88] .<br />• Tersusun secara terperinci dan rapi [11:1] .<br />• Mudah difahami dan diambil pelajaran [54: 17, 34, dst]</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Fungsi Al-Qur’an<br />• Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT<br />• Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan<br />• Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu<br />• Sebagai mukjizat Rasulullah SAW</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">AkhIak Terpuji Terhadap Al-Qur’an<br />• Membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Qur’an [16:98] .<br />• Membaca Al-Qur’an secara tartil perlahan-lahan [73:4] .<br />• Lapang dada menerima Al-Qur’an [7:2]<br />• Mendengarkan baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204] .<br />• Bcrgetar hatinya dan bertambah imannya [8:2-4]</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .<br />• Keunggulan Al-Qur’an<br />• Menyombongkan diri dan berpaling [31:7] .<br />• Menertawakan peringatan ini [53:59-62] .<br />• Tidak memperahatikan Al-Qur’an [47:24]</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Keunggulan Al-Qur’an .</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">• Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi [4:74].<br />Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup permasalahan) dan bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yaitu ketika turunnya.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">• Keunggulan Al-Qur’an secara ilmiah<br />Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu dan filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-Nya.[96:1-5] .</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">• Jaminan kemurnian Al-Qur’an.<br />Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an [6:115, 15:9] .</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">• Al-Qur’an bersifat umum dan universal.</p><div style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(102, 255, 255);">Umum : Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38]<br />Universal : Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum. [25:1]</p>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-74572699053832392672009-07-23T16:04:00.000+08:002009-07-23T16:05:44.032+08:00Dakwah<p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;"><b>Dakwah</b> adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" style="text-decoration: none;"> Islam</a>. Kata dakwah merupakan <i>masdar</i> (kata benda) dari kata kerja <i>da'a-yad'u</i> yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><h2 style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span class="mw-headline"> <span style="font-family:Arial;font-size:100%;">Tarbiyah</span></span></h2><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Proses tarbiyah tidak terlepas dari adanya daí dan madú atau murabbi dan mutarabbi, proses dan <i> wajihah</i> (lembaga). Keduanya adalah hal yang harus ada dalam proses tarbiyah. Proses tarbiyah ini memiliki tahapan sebagai berikut:</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><ol style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><li> <p><span style="font-family:Arial;"><b>tabligh</b> (dakwah secara umum) sebagai alat propaganda</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;"><b>da'wah fardiyah </b>(pendekatan personal) sebagai sarana pemilihan calon mutarabbi untuk dibina.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;"><b>takwiniyah</b> (pembentukan) sebagai sarana penggodokan kader agar menjadi seorang muslim sejati yang memiliki dedikasi dan semangat juang tinggi dalam menda'wahkan islam.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;"><b>tanfizhiyah</b> (pelaksanaan) sebagai ajang amal untukberkiprah dalam dunia da'wah.</span></p> </li></ol><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><h2 style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span class="mw-headline"> <span style="font-family:Arial;font-size:100%;">Murabbi (Pendidik)</span></span></h2><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Berperan sangat vital sebagai penanggungjawab jalannya proses tarbiyah. Baik buruknya perkembangan madú tergantung dari usaha para daí maupun murabbi. Maka dari itu hendaklah seorang murabbi:</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><ul style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><li> <p><span style="font-family:Arial;">memiliki kepribadian Islam dan dai</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">memiliki <i>fikrah (pola pikir)</i> dan yang benar tentang Islam, akidah yang dalam dan amal yang berkelanjutan.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">Memiliki tsaqofah islamiyah yang cukup dan menguasai <i>madah</i></span><i> <span style="font-family:Arial;">(</span></i><span style="font-family:Arial;">materi-materi) tarbiyah.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">berkepribadian membimbing, memabntu dan mempunyai pola hubungan sosial yang baik.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">mempenyai kecenderungan kepada dakwah.</span></p> </li></ul><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><b><span style="font-family:Arial;">Mutarabbi</span></b></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Untuk dapat mengikuti proses tarbiyah dengan baik, maka seorang mutarabbi hendaknya memiliki karakter:</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><ul style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><li> <p><span style="font-family:Arial;">berkepribadian hanif dan kesiapan menerima tarbiyah</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">memiliki niat yang kuta untuk merubah diri dan orang lain.</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">bersih dari unsur yang merugikan diri sendiri, keluarga dan orang lain</span></p> </li><li> <p><span style="font-family:Arial;">memiliki potensi untuk ambil bagian dalam membangun kejayaan umat.</span></p> </li></ul><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><h2 style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;font-size:100%;"> <span class="mw-headline">Fiqhud-dakwah</span></span></h2><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran <a title="Islam" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" style="text-decoration: none;"> Islam</a> akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan <i>Risalah al Islamiyah</i>.</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><h3 style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;font-size:100%;"> <span class="mw-headline">Dakwah Fardiah</span></span></h3><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Termasuk kategori dakwah seperti ini adalah menasihati teman sekerja, teguran, anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang sakit, pada waktu ada acara <i> <a class="new" title="Tahniah" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tahniah&action=edit" style="text-decoration: none;"> tahniah</a></i> (ucapan selamat), dan pada waktu upacara kelahiran (<i>tasmiyah</i>).</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><h3 style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;font-size:100%;"> <span class="mw-headline">Dakwah Ammah</span></span></h3><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk <i>khutbah</i> (<a title="Pidato" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pidato" style="text-decoration: none;">pidato</a>).</span></p><div style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"> </div><p style="text-align: justify; color: rgb(255, 204, 51);"><span style="font-family:Arial;">Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-doal dakwah.</span></p>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-45415628506155707982009-07-22T22:30:00.000+08:002009-07-22T22:33:11.834+08:00Dienul Islam<div style="text-align: justify; color: rgb(51, 255, 255);">Manusia secara fitrah tidak akan puas dengan ilmu dan pengetahuan, tidak akan kenyang dengan seni dan sastra, serta tidak akan terpenuhi kekosongan jiwanya dengan perhiasan dan kesenangan. Ia akan senantiasa bimbang karena kelaparan rohani da kehausan fitrah.<br />Alloh SWT. Dzat yang telah menciptakan alam dengan segala isinya Maha Mengetahui akan segala kebutuhan manusia. Maka Alloh SWT menurunkan Islam sebagai agama fitrah yang akan menentramkan dan mensejahterakan seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Ar-Ruum : 30.<br />Islam adalah agama Alloh yang diberi nama langsung oleh-Nya. Pada umumnya nama agama disandarkan pada pendiri agama tersebut atau kepada kaum tempat agama tersebut lahir.<br />Namun Islam adalah agama samawi (langit) yang langsung dari Alloh bahkan namanya pun juga dari Alloh SWT. :<br />“Sesungguhnya agama yang diridhoi Alloh hanyalah Islam” (Q.S. Ali Imran :19)<br /><br />PENGERTIAN<br />Makna Secara Bahasa (Lughawi)<br />Islam adalah nama dari suatu sistem hidup yang telah diturunkan oleh Alloh melalui Rasul-Nya. Alloh telah ridho bahwa Islam ini sebagai pedoman hidup manusia. Sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :<br />“….dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agamamu.” (Q.S.Al-Maidah :3)<br /><br />Ditinjau dari akar katanya, Islam berasal dari kata aslama. Di dalam Al-Quran kata tersebut digunakan dengan beberapa perubahan, yakni :<br /> Aslama berarti menyerahkan diri (Ali Imron :83)<br /> IstIslama-taslima-mutaslimun berarti penyerahan total (An-Nisa:65)<br /> Saliim berarti bersih, suci (Asy-Syu’ara:89)<br /> Salaam berarti kesejahteraan (Az-Zumar : 73)<br /> Salam yang berarti damai (Muhammad : 35)<br /><br />Makna Secara Istilah<br />Definisi Islam secara istilah adalah ketundukan (khudu’) kepada wahyu Ilahi (53:4, 21:7) yang diturunkan kepada para nabi dan rasul (2:136, 3:84) khususnya Muhammad SAW, sebagai hukum Alloh (5:48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus (6:153) menuju kebahagiaan dunia akhirat (16:97, 2:200, 28:77).<br /><br />KARAKTERISTIK ISLAM<br />Agama Islam memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan ajaran llain. Karakteristik inilah yang menjadikan Islam sebagai ajaran hidup yang paling tinggi di sisi Alloh di atas semua ajaran hidup buatan manusia yang ada di muka bumi. Hal ini ditegaskan Rasululloh SAW, bahwa Islam tinggi dan tidak ada lagi yang lebih tinggi daripadanya.<br /><br />Karakteristik yang dimaksud meliputi :<br />1.Rabbaniyah<br />Kata “Rabbani” menunjukkan kedekatan yang sangat kuat dengan Rabbul Izzati, yakni Alloh. Yang dimaksud Rabbaniyah meliputi 2 hal :<br /><br />Rabbaniyah Al-Masdar<br />(Rabbaniyah dalam sumber ajaran)<br />Dalam agama selain Islam, biasanya nama agama tersebut dinisbatkan kepada nama penyerunya atau nama daerah asal kemunculannya. Misalnya Budha, yang diambil dari nama pencetusnya yaitu Budha Gautama, Kristen dari Yesus Kristus, atau umat Islam menyebutnya Nasrani karena yesus lahir dari daerah Nazaret.<br />Orang-orang Barat menyebut Islam dengan Muhammadisme. Mereka mengatakan Islam adalah ajaran dari Muhammad. Padahal Alloh menegaskan dalam Al-Quran surat An-Najm:1-4.<br />Jelaslah bahwa ajaran Islam bersih dari unsur campur tangan manusia. Islam murni datang dari Alloh SWT. Bahkan nama “Islam” adalah nama yang berasal dari Alloh SWT, bukan dari manusia.<br />Sudah merupakan “rekayasa Ilahi” bahwa Rasulullah SAW, adalah orang yang ummi, yang tidak dapat menulis dan membaca, karena beliau memang tidak pernah berguru kepada siapa pun. Sehingga tidak mungkin Nabi Muhammad dapat membuat sebuah ajaran hidup yang demikian tinggi, yang diakui oleh umat Islam maupun orang-orang di luar Islam.<br />Selain sumber ajaran Islam hanya dari Alloh SWT, metode (manhaj) untuk menerapkan ajaran tersebut juga ditetapkan oleh Alloh. Sehingga metode untuk melaksanakan Islam bukanlah sebuah rekayasa yang dipengaruhi oleh fajtor individu, keluarga, golongan, ataupun bangsa.<br /><br />Rabbaniyah Al-Ghayah<br />(Rabbaniyah dalam Tujuan)<br />Dalam Islam, tujuan akhir dari semua peribadatan adalah Alloh SWT. Dalam ajarannya ada ketentuan tentang halal, haram, wajib, sunah, mubah, dan sebagainya. Itu semua dalam rangka agar manusia mendapat keridhaan Ilahi dengan berbuat taat kepada-Nya.<br />Dalam ajaran Islam terdapat tujuan-tujuan antara yang bersifat social humanity, misalnya puasa agar sehat, bekerja keras agar berhasil. Namun di atas semua itu, tujuan akhirnya adalah agar manusia dalam mengarungi kehidupan ini selalu dalam naungan ridha Ilahi.<br /><br />2.Insaniyah (Kemanusiaan)<br />“ Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba : 28)<br />Islam memiliki masdar yang rabbani, yaitu dari Alloh, pencipta alam semesta. Alloh SWT Maha Mengetahui tentang ciptaan-Nya, sehingga Islam yang Alloh turunkan di muka bumi sebagai aturan hidup bagi manusia merupakan pedoman hidup untuk meraih kemuliaan, kebaikan, dan keselamatan dunia akhirat. Semua ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, karena dienul Islam diturunkan oleh Alloh SWT sesuai dengan fitrah dan kemampuan manusia.<br />Alloh juga telah mengangkat rasul dari kalangan manusia biasa, yang tidak ada kelebihan mereka atas manusia yang lain kecuali karena mereka memperoleh wahyu dari Alloh SWT. Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak dapat melaksanakan ajaran Islam. Dalam hal ini Alloh SWT memang sengaja mengangkat Nabi yang membawa risalah Islam dari kalangan manusia biasa (bukan dari malaikat yang suci dari dosa dan hawa nafsu). Hal ini menunjukkan bahwa Islam dapat dilaksanakan oleh semua manusia yang sarat dengan potensi takwa dan dosa dalam dirinya.<br />Sehubungan dengan ini Sayid Qutub mengatakan bahwa Islam adalah konsep yang relistis, bukan konsep yang rasional semata ataupun idealisme tanpa wujud, sehingga Islam tidak dapat diraih oleh semua manusia. Semua konsep dalam Islam sesuai dengan realitas manusia dengan segala potensi kelebihan dan kelemahan yang dimilki manusia. Tujuan dari ibadah dalam Islam adalah keridhaan Alloh SWT, yang itu juga berarti kebahagiaan hidup manusia dunia dan akhirat.<br /><br />3.Syumuliyah<br />Islam berasal dari Alloh yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu, yang lahir dan yang batin, yang di langit dan yang di bumi, serta seluruh sisi yang menyangkut kehidupan manusia. Islam yang datangnya dari sisi Alloh meliputi itu semua.<br />Imam Hasan Al Banna mengatakan :<br />“ Islam adalah risalah yang terbentang luas, sehingga meliputi seluruh abad sepanjang zaman, terbentang luas meliputi semua cakrawala umat, dan begitu mendetail sehingga memuat seluruh urusan dunia dan akhirat.”<br />Keuniversalan Islam menjadikan Islam sebagai pedoman hidup bagi manusia yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang dan tempat. Islam tetap up to date sepanjang zaman. Firman Alloh SWT : (Al-Anbiya :107).<br />Islam mencakup segala aspek kehidupan manusia, dari akidah yang merupakan fondasi bangunan Islam hingga siyasah (politik). Islam mengajarkan tentang bagaimana menjadi mahasiswa, dosen, guru, politikus, dokter, wartawan, advokat, petani, pedagang, dan karyawan yang Islami, menekuni apa saja profesinya sebagaimana yang telah digariskan dalam Islam.<br /><br /><br />4.Al-Wasthiyyah (Moderat) dan Tawazun (Seimbang)<br />Moderat dan seimbang adalah karakteristik Islam yang memungkinkan manusia dapat melaksanakan ajaran Islam dalam kondisi bagaimanapun.<br />Manusia adalah makhluk Alloh yang tersusun dari unsur samawi (langit) yaitu ruh yang cenderung kepada kebaikan, dan unsur ardhi (bumi) yaitu syahwat yang cenderung kepada dosa. Islam memperhatikan kedua unsur tersebut, yaitu dengan mengarahkan dan menyalurkannya sehingga membawa mereka menuju keridhaan Ilahi.<br />Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Islam mewajibkan puasa Ramadhan, namun ada keringanan bagi para musafir untuk mengganti puasanya di bulan yang lain.<br />Dalam fiqih Islam terdapat beberapa perbedaan para ulama. Ibrah (pelajaran) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa hukum Islam dapat diterapkan baik dalam kondisi yang ideal maupun darurat.<br />Islam melarang umatnya hanya mementingkan kebutuhan ruh saja dengan mengesampingkan kebutuhan jasadnya. Rasulullah melarang umatnya mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu kurang dari 3 hari, karena hal itu berarti melupakan kepentingan jasadnya. Padahal jasad yang sehat merupakan nikmat Alloh yang mesti disyukuri dengan merawat dan memanfaatkannya. Sebaliknya Islam melaknati orang yang hanya mementingkan kebutuhan jasadnya saja, sedangkan ruhnya dibiarkan kosong sehingga dihuni oleh setan.<br /><br />5.Al-Wudhuh (Jelas)<br />Tujuan dienul Islam secara umum adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam yang terang benderang. Seperti disebutkan dalam Q.S. Ibrahim :1 .<br />Ajaran Islam adalah suara yang jelas baik sumbernya, metodenya, maupun tujuannya. Sehingga ini cukuplah bagi tiap Muslim apa-apa yang telah datang kepada meraka dari Al-Quran dan Al-Hadits.<br />Islam telah secara jelas menguraikan tentang akidah, ibadah, akhlaq dan sebagainya. Bahkan sampai hal-hal kecil dalam kehidupan manusia, seperti adab bertamu, masuk kamar mandi, dan sebagaianya.<br />Dengan kejelasan ini akan menghilangkan keragu-raguan manusia dalam beribadah dan menempuh kehidupan ini secara Islami. Mengapa saya Islam, bagaimana cara berIslam, dan apa tujuannya, adalah pertanyaan yang harus telah terjawab dengan baik dalam diri setiap muslim.<br />Alloh merahmati Rib’i bin Amir ra ketika ditanya oleh Rustum (panglima perang Persia), “Siapa Anda?”<br />Rib’i menjawab, “ Kami adalah kaum yang diutus oleh Alloh untuk mengeluarkan siapa yang mau dijemput hamba-hambaNya, dari bentuk penyembahan manusia atas manusia kepada penyembahan manusia hanya kepada Alloh semata, dari sempitnya kehidupan dunia menuju keluasan kehidupan akhirat, dan dari ketidakadilan agama-agama menuju keadilan Islam.”<br /><br />6.Al-Waqi’iyah (Kontekstual)<br />Manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya. Islam mengakui realitas manusia sebagai makhluk yang mempunyai kombinasi penciptaan. Oeh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola pikirnya, dalam ajaran moralitasnya, dan di dalam hukum kontekstualnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.<br />Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Seperti shalatnya orang sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum, berbukanya orang musafir dengan menqadanya di hari lain.<br />Keringanan-keringanan itu semua merupakan perhatian Alloh akan realitas manusia dan kondisi mereka yang tidak stabil. Alloh menjelaskan dalam QS. Al-Hajj: 78 dan Al-Baqarah: 185.<br /><br />KESEMPURNAAN ISLAM<br />Kesempurnaan Islam diibaratkan seperti bangunan yang lengkap dan utuh, masing-masing akan melengkapi dan mendukung bagian yang lainnya. Bagian-bagian inilah nantinya yang akan menegakkan bangunan Islam. Secara garis besar Ustadz Said Hawa membagi unsur-unsur bangunan Islam menjadi tiga bagian :<br /><br /><br /><br /><br />1.Al-Asas<br />Asas atau dasar adalah pondasi yang menjadi dasar penegakan bangunan. Akidah dan ibadah dalam ajaran Islam menduduki posisi ini. Tingginya bangunan menuntut kokohnya pondasi yang dibuat. Kedua hal ini harus mendapat prioritas perhatian sebelum yang lainnya.<br />Akidah yang kuat akan melahirkan sebuah keyakinan yang mantap dan meninggalkan semua bentuk keraguan, sehingga memunculkan ketenteraman jiwa. Keadaan yang demikian menjadikan jiwa seseorang terikat dengan aturan Al-Khaliq. Kondisi yang demikian menjadikan seseorang terikat dengan aturan Alloh SWT dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan dan menghindari semua larangan-Nya.<br />Seorang yang beribadah kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak mulia dan bermuamalah dengan manusia secara baik.<br />Karena posisi akidah yang demikian penting itulah Rasulullah SAW membina akidah para sahabatnya selama 13 tahun dalam periode Makkah. Pada akhirnya bangunan Islam mudah didirikan di Madinah dalam waktu yang relatif singkat.<br />Ibadah adalah sarana komunikasi dengan Alloh sebagai Al-Khaliq. Dengan ibadah kualitas seseorang ditentukan, karena jiwa dan ruh ibadah akan teraplikasikan dalam realitas kehidupannya. Ibadah yang dilakukan seorang manusia akan mendatangkan kecintaan Alloh. Wujud kecintaan ini adalah bimbingan dalam menempuh hidup dan kehidupannya.<br /><br />2.Al-Bina<br />Al-Bina adalah wujud bangunan Islam yang tampak, dapat dirasakan keberadaannya dan bisa dinilai baik oleh umat Islam maupun umat yang lainnya. Bangunan Islam akan tampak ketika seluruh aturan bermuamalah diterapkan. Setiap bagian mempengaruhi bagian yang lain, tidak dilaksanakannya satu bagian akan memperlemah sistem secara keseluruhan. Yang termasuk dalam hal ini antara lain :<br />a.Sistem politik, diantaranya prinsip musyawarah (QS.3:159, 42:38), perdamaian (QS.2:208, 8:61), hukum (QS. 6:57, 12:40)<br />b.Sistem perekonomian, seperti masalah utang piutang (QS.2:282), pegadaian (QS.2:283), penghalalan jual beli dan pengharaman riba(QS.2:275)<br />c.Sistem keprajuritan (militer), seperti mempersiapkan tentara (QS.8:60)<br />d.Sistem akhlak, diantaranya tentang berbuat kebaikan (QS.2:44), berkata benar (QS.2:177), memaafkan (QS.2:237)<br />e.Sistem sosial kemasyarakatan, seperti masalah zakat (QS.2:43), keadilan dalam menegakkan hukum (QS.4:58) dan konsep persaudaraan (QS.49:10,13)<br />f.Sistem pengajaran, seperti berlaku lemah lembut dalam memberi pelajaran (QS.3:159), pemberian nasihat (QS.31:12-19).<br />Umat Islam mestinya optimis bahwa ajaran agamanya sebagai sistem kehidupan yang terbaik akan memimpin peradaban dunia ketika aturannya ditegakkan. Ketika bangunan Islam tegak, maka saat itulah umat Islam melaksanakan tugasnya menjadi khalifah Alloh di muka bumi dengan baik. Mereka akan menjadi umat terbaik dan cerminan bagi umat yang lain.<br /><br />3.Al-Muayyadat (Atap/Pelindung)<br />Al-Muayyadat adalah pelindung bagi bangunan Islam, agar apa-apa yang ada dalam bangunan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan sempurna, serta terjaga dari segala gangguan.Untuk itu diperlukan atap yang melindunginya dari serangan musuh-musuh Islam. Atap (pelindung) tersebut adalah :<br />a.Amar Ma’ruf Nahi Munkar<br />Amar ma’ruf berarti memerintah kepada hal-hal yang baik.Yaitu segala sesuatu yang dibolehkan oleh syariat, baik yang wajib maupun yang sunnah, sebagaimana tercakup dalam rukun-rukun bangunan Islam tersebut.<br />Nahi munkar, artinya mencegah manusia dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam. Memerintah dan mencegah atau melarang merupakan dua hal yang harus ada untuk dapat melaksanakan semua asas dan rukun-rukun dalam bangunan Islam, dari akidah, ibadah, dan semua hukum Islam.<br />Dalam QS.Ali Imron :110 Alloh menyifati umat Islam sebagai khairu ummah yang selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.<br />b.Jihad<br />Selain amar ma’ruf nahi munkar, termasuk juga dalam tahap bangunan Islam adalah jihad fi sabilillah. Yaitu berusaha dan berjuang sungguh-sungguh untuk menegakkan bangunan Islam tersebut. Dengan jihad fi sabilillah inilah ajaran Islam akan teraktualisasikan dalam kehidupan umat manusia dan Islam akan tetap eksis walaupun musuh-musuh Islam berusaha merobohkan bangunannya.<br />c.‘Uquubat (sanksi-sanksi)<br />Sanksi-sanksi atau hukuman ditetapkan oleh Alloh SWT semata-mata demi kemaslahatan umat manusia. Tanpa sanksi-sanksi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, maka bangunan Islam tidak akan memiliki ketahanan untuk menghadapi serangan yang datang dari dalam tubuh umat Islam sendiri maupun dari luar mereka.<br /></div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-90470209079745469402009-07-22T22:22:00.000+08:002009-07-22T22:23:37.694+08:00Konsep Ibadah dalam Islam<div style="text-align: justify; color: rgb(204, 51, 204);"><strong>DEFINISI & RUANG LINGKUP IBADAH</strong><br />Ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Alloh sebagai syariat, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, atau karena tuntutan logika, atau akal manusia. Namun definisi yang lebih konkret dari ibadah dapat dilihat dari definisi yang diberikan oleh Ust. Ibrahim Muhammad Abdullah al Buraikan dalam bukunya Pengantar Studi Aqidah Islam, yaitu : “ Ibadah adalah nama yang merangkum segala sesuatu yang dicintai dan diridloi Alloh SWT, baik berupa perkataan, perbuatan yang tampak dan tidak tampak, dengan kecintaan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna, serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan dan menyalahinya.<br />Jadi, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridlo Alloh SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan syariat yang Alloh tentukan.<br /><br /><strong>URGENSI IBADAH</strong><br />1. Ibadah merupakan tujuan yang dicintai dan diridhoi Alloh dan sebagai tujuan penciptaan Jin dan Manusia / MakhlukNya (QS. 51:56)<br />2. Alloh mengutus para Rasul dengan Risalah Ibadah (QS. 7:59, 16:36)<br />3. Alloh mencela orang-orang yang enggan melakukan ibadah (QS. 40:60)<br /><br /><strong>DASAR-DASAR IBADAH</strong><br />1. Cinta, maksudnya cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Alloh dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya :<br /> a. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW<br /> b. Jihad di jalan Alloh (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang<br /> dicintai Alloh ).<br />2. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Alloh SWT (QS 3:175)<br />3. Harapan, maksudnya seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Alloh dengan harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa.<br /><br /><strong>TUJUAN IBADAH</strong><br />Mengapakah kita beribadah menyembah Allah ? Kenapakah Allah mewajibkan kita beribadah dan menaatiNya ? Adakah faedah diperolehiNya dari perasaan khusyuk dan ikhlas kita yang patuh kepada perintah dan meninggalkan laranganNya ? Kiranya ada manfaat maka apakah hakikatnya manfaat itu ? Apakah sasarannya semata – mata perintah Allah yang kita mesti melaksanakannya ?<br />“ Aku tidak berhajatkan rezeki sedikitpun dari mereka itu dan Aku tidak menghendaki mereka memberi Aku makan. “ Adz-dzaariyaat 57<br />“ Hai manusia, kamulah yang berkhendak kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” Faathir 15<br />“ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang sholeh maka ( pahalanya ) untuk dirinya sendiri.” Fussilat 46<br />“ Dan barangsiapa yang mensucikan diri mereka, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan diri sendiri.”Faathir 18<br />“ Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya untuk dirinya sendiri.” Al Ankabut 6<br /><br />Adapun tujuan yang mendasar (pokok) di dalam Ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada Yang Mahaesa, Tuhan yang disembah, dan mengesakan-Nya dengan niat ibadah dalam setiap keadaan, hal itu diikuti tujuan penyembahan guna memeperoleh kedudukan di akhirat, atau agar menjadi seorang di antara wali-wali Alloh atau yang serupa dengannya. Termasuk dalam tujuan-tujuan yang mengikuti ibadah adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah.<br />Seluruh ibadah mempunyai fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan surga dan selamat dari azab neraka. Jadi, hal ini termasuk dalam arti Ar-Rajaa’ (harapan) memperoleh pahala dari Alloh, takut siksa-Nya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju kepada Tuhan semesta alam. Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ dalam arti ini tidak tercela, selama ikhlas karena Alloh.<br /><br /><strong>SYARAT-SYARAT IBADAH</strong><br />1.Amalan yang dilakukan hendaklah diakui Islam dan bersesuaian dengan hukum syara’.<br />2.Amalan hendaklah dikerjakan dengan niat yang baik, memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga, memanfaatkan ummat dan memakmurkan bumi Allah.<br />3.Amalan hendaklah dibuat dengan sebaik-baiknya, “ Bahwa Allah suka apabila seseorang dari kamu membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya. “ Al-hadist.<br />4.Ketika melakukan kerja hendaklah senantiasa mengikut hukum-hukum syariat dan batasnya, tidak menzalimi orang, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang lain.<br />5.Dalam mengerjakan sesuatu ibadah, tidak lalai dari ibadah wajib.<br /><br /><strong>PERANAN IBADAH KHUSUS</strong><br />Ibadah yang khusus seperti Shalat, puasa, zakat, haji adalah untuk mempersiapkan individu menghadapi ibadah yang umum yang mesti dilakukan di sepanjang kehidupan.<br />1.Shalat mengingatkan kita lima kali sehari bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Allah dan hanya kepadaNya tempat pengabdian kita untuk mengeratkan hubungan kita dengan Allah.<br />2.Puasa menimbulkan perasaan taqwa kepada Allah sehingga kita tidak membatalkannya walaupun bersendirian.<br />3.Zakat mengingatkan kita bahwa harta yang kita peroleh adalah manah dari Allah, di dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang mesti ditunaikan.<br />4.Haji menimbulkan perasaan cinta dan kasih kepada Allah di dalam hati dan kesediaan untuk berkorban karenaNya.<br /><br /><br /><strong>Fiqh Ibadah</strong><br />1.WUDHU’<br />Dasar disyariatkannya wudhu, adalah :<br />a.Kitab Suci Al-quran dala QS. Al Maidah : 6)<br />b.Sunnah dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda :<br />“ Alloh tidak menerima sholat salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai ia berwudhu lebih dahulu.” (H.R. Bukhori & Muslim).<br />Fardhu atau rukun wudhu ada 6, bila gugur satu maka wudhu-nya tidak sah. Urutan rukun wudhu tersebut :<br />1.Niat (perbuatan hati) boleh diucapkan boleh tidak<br />2.Membasuh muka satu kali. Batasnya ialah puncak kening sampai dagu & pinggir telinga yang satu sampai pinggir telinga yang lain.<br />3.Membasuh kedua tangan sampai dengan kedua siku<br />4.Menyapu kepala, yaitu menyapu seluruh kepala (H.R. Jama’ah)<br />5.Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki (H.R. Jama’ah)<br />6.Tertib, berurutan, karena Alloh SWT<br /><br />SunnahSunah Wudhu<br />1.memulai dengan basmalah<br />2.menggosok gigi (H.R. Malik)<br />3.mencuci kedua telapak tangan (h.R. Ahmad & Nasa’I)<br />4.berkumur-kumur tiga kali (H.R. Abu Daud & Baihani)<br />5.memasukan air kedalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali( H.R. Bukhori, muslim)<br />6.menyilang-nyilangi anak-anak jari ( H.R. ahmad & Turmuzi)<br />7.membasuh tiga kali<br />8.membasuh yang kanan kemudian yang kiri<br />9.meggosok/mengusap tangan ke atas anggota wudhu bersama air<br />10.berturut-turut membasuh anggota wudhu tanpa menyela pekerjaanlain<br />11.menyapu kedua telinga, baigan dalam dengan telunjuk, bagian luar degan ibu jari dengan memakai air untuk kepala<br />12.membasuh melebihi yang fardhu wudhu<br />13.sederhana, tidak boros<br />14.berdo’a selesai wudhu<br />“Asyhadu alla ilaaha ilaaha wahdahu laasyarikallah, wa asthaduanna Muhammadan ‘abduhu warasuluh”.<br />Allohumma a ja’alni minat tawwabina waj’alni minal mutathahirin<br />15.sholat dua rakkat : Niat sunnat sebelum wudhu<br /><br /><strong>2.TAYAMUM & MANDI</strong><br />A.TAYAMUM<br /><br />Definisi : Menyengaja tanah untuk menghapus muka dan kedua tangan degan maksud melakukan sholat dan lain-lain<br />Dasar disyariatkannya tayamum adalah :<br />a.Firma Alloh Ta’ala :<br />“jika kamu sal\kit atau dalam perjalanan atau salah seorangn diantaramu buang air besar atau campur baur dengan peempuan dan tiada beroleh air, maka hendaklah bertayamum dengan tanah yan baik yaknisapulah muka dan kedua tanganmu (An-Nisa :43).<br />b.sum\nah Rosululloh SAW :<br />“bahwa Rosulullah SAW bersabda : seluruh bumi diajdikan bagiku dan bagi umatku sebagai mesjid dan alat bersuci. Maka dimana juga sholat tu menemui salah seorang diantara umatku , disisinya terdapat alat untuk bersuci itu”<br /><br />sebab-sebab Boleh Bertayamum :<br />1.jika seorang tiada beroleh air, atau tiada air untuk bersuci<br />2.jika seseorang terluka atau ditimpa sakit yang bila terken aair akan \fatal akibatnya<br />3.jiak air amatdingin dan didi\uga menimbulkan bahaya<br /><br />Kaifiat cara Bertayamum “<br />1.berniat tayamum lalu membaca basmallah<br />2.menempelakn kedua telapak tangan ke tanah yan suci lalu menyapu ke muka<br />3.menempelkan lagi kedua telapak tangan ke tanah yang suci lalu menyapukan tanah ke lengan hingga ke pergelangan (kanan dulu)<br />karena teyamum merupakan pengganti wudhu dan mandi ketiaktidak ada air, maka dibolehkan dengan tayamum itu apa yang dibolehkan dengna wudhu dan mandi seperti sholat, menyentuh Al-Qur;an dan lain-lain<br /><br />B.MANDI<br />Mandi ialah meratakan air ke seluruh tubuh. Disyariatkanya berdasarkan firma Alloh Ta’ala : “Dan jika kamu junub hendaklah bersuci (Al Maidah : 6)<br />Wajib mandi disebabkan lima hal, yaitu :<br />1.keluar mani disertai syahwat, diwaktu tidur atau bangun baik laki-laki maupun perempuan. Bila tanpa syahwat tetepi karena sakit atau dingin tidak wajib mandi<br />2.hubungan kelamin, masuknya alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita, walau tidak sampai keluar sperma<br />3.terhentinya haid dan nifas<br />4.amti<br />5.orang kafir masuk islam, wajib mandi<br /><br />Rukun Mandi ada dua (2) perkara, yaitu :<br />1.berniat<br />2.membasuh seluruh anggota tubuh<br /><br />Sunah –Sunah Mandi :<br />1.berniat<br />2.kemudian membasuh kemaluan<br />3.kemufdain berwudhu<br />4.menuangkan air keatas kepala seanyak tiga kali sambil menyelang-nyelangi rambut agar air sampai membasahi urat-uratnya<br />5.mengalirkan air keseluruh badan dengan memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri tanpa mengabaikan ketiak, bagian dalam telinga pusat dan jari-jari serta menggosok anggota tubuh yang dapat digosok<br />Mandi bagi wanita :<br />Sama dengan mandi laki-laki, hanya wanita tidak wajib menguraikan jalinan rambutnya, asal air sampai ke urat rambut. Disunahkan bagi wanita yang mandi karna haid atau nifas, untuk membubuhkan munyak wangi pada kapas dan menggosokannya pada kemauluan agar tempat tersebut menjadi harum dan lenyap baru darah busuk<br /><br />3.SHOLAT<br />Sholat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yag dimulai dengan takbir bagi Alloh Ta’ala dan disudahi dengan salam.<br />Sholat adalah tiang agama, diaman islam tidak tegak kecuali dengan adanya. Rosululloh SAW bersabda : “amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah sholat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya jika jelek maka jelek semua amalannya. (H.R. Tabrani).<br />Rosululloh besabda : “Pokok urusan ialahh islam, sedangkan tangnya adalah shoalt, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Alloh”<br /><br />Kaifat atau Tata Cara Sholat :<br />1.niat (dilafalkan dalam hati ketika takbir)<br />niat yang dilafalkan terdiri dari shoalt apa, waktunya, berapa raka’atnya, sendiri, sebagai imam atau amkmum dan Lillahi Ta’ala<br />contoh : Aku niat sholat fadhu subuh dua raka’at karena Alloh Ta’ala.a taud alam bahsa arab : “usholi fardhu subhi rok’ataini adaan ma’muman lillahi ta’ala”<br />2.takbiratul ihram<br />3.berdiri bagi yang orang yang kuasa/mampu berdiri<br />4.membaca Al-Fatihah sehingga surat Al-fathah harus betul-betul dikuasai bacaanya degna benar<br />5.ruku’ dengan thuma’minah artinya berhenti dengan tenang<br />6.dangkit dari ruku dan berdiri lurus 9I’tidal) dengan thuma’minah)<br />7.sujud dengan thuma’minah (waktunya sekurang-kurangnya membaca satu kali tasbih)<br />8.duduk diantara dua sujud dengan thum’minah<br />9.duduk akhir<br />10.membaca tasyahud akhir<br />11.membaca sholawat atas nabi<br />12.salam yang pertama<br />13.tertib<br />bacaan yang merupakan rukun adalah : takbir, Al-Fatihah, tasyahud, Sholawat serta Salam <br /><br /><br /><br /><br /><br />4. SHOLAT II (Sunnah Sholat I)<br />Sunah-sunah sholat adalah sebagai berikut :<br />1.mengangkat kedua tangan ketika takbir<br />2.bersedekap tangan kanan diatas tangan kiri<br />3.membaca doa iftitah<br />4.istiazah sebelum al-fatihah<br />5.membaca amin<br />6.membaca surat pendek sari Al-Quran setelah Alfatihah<br />7.membaca takbir waktu berpindah<br />8.tata cara ruku :<br />menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul, bertekan dengan dua tangan pada lutut degna merenggangkannya dari pinggang, menembangkan jdari-jdari atas lutu dan pangkal betis serta mendatarkan punggung<br />9.membaca sewaktu ruku<br />10.bacaan-bacaan sewaktu bangkit dari ruku’ (I’tidal)<br />11.tata cara turun kebawah untuk sujud “<br />disunatkan meletakkan kedua lutut ke lantai sebelum kedua tangan dengan merenggangkannya kening dan hidung<br />12. tata cara sujud :<br />merapatkan hidung, kening dan kedua talapaktangan ke lantai dengan merenggangkannya dari pinggang<br />kedua tepalak tangan sejajar dengan kedua telinga atau kedua bahu<br />merapatkan jari-jari dan mengahdapkan ujung-ujung jari kearah kiblat<br />14.bacaan sewaktu sujud<br />15.duduk diantara dua sujud<br />16.duduk beristirahat<br />17. tata tertib duduk waktu tasyahud<br />18.tasyahud pertama<br />19.do’a selelah tasyahud akhir dan sebelum salam<br />20.dizikir dan do’a-do’a setelah memberikan alam<br /><br />4.SHALAT III<br />A.SUJUD SAHWI (KARENA LUPA)<br />Rasulullah SAW bersabda:<br />“ Jikalau shalat seseorang terlebih atau terkurang, maka hendakl;ah ia sujud dua kali” (H.R. Muslim)<br />Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam atau sesudahnya oleh seseorang yang sedang shalat apabila terlupa mengerjakan tasyahud awal, kelebihan raka’at, kekurangan raka’at & ragu-ragu. Cara melakukannya :<br />1.Sebelumsalam sujud 1 x sambil membaca do’a : “Subhanllaha manlayanamu walayashu” 3 x.<br />2.Lalu duduk & membaca do’a apa saja<br />3.Sujud lagi seperti yang pertama<br />4.Duduk tahiyat akhir & membaca salam.<br />Bila kekurangan sejumlah raka’at maka wajib menambah sejmlah rakaat dulu sejumlah yang kurang, bary melakukan sujud sahwi.<br /><br />B.SHALAT JAMAAH<br />“Sholat berjamaah itu lenih utama dari sholat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat” (H.R. Bukhari & Muslim).<br />Sholat berjamaah terdiri dari imam & makmumnya. Yang paling berhak menjadi imam adalah :<br />1.Terpandai dalam bacaan Al-Quran (banyak hafalannya)<br />2.Bila sama, terpandai dalam hadits Nabi SAW<br />3.Orang yang menjadi pemimpin di suatu lingkungan (Kepala Keluarga , Ketua RT)<br />Seorang imam hendaknya meringankan dalam sholat fardhu berjama’ah. Makmum wajib mengikuti imam & haram mendahuluinya. Hal ini diteghaskan RasulullahSAW :<br />“ Imam itu diadakan ialah agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya.” (H.R. Bukhari & Muslim)<br />“ Tidakkah kamu takut seandainya mengangkat kepala terdahulu dari imam, bahwa Alloh akan menguibah kepalmu menjadi kepala keledai, & mengubahmu seperti rupa keledai?”(H.R. Jama’ah).<br />Untuk menghindari hal tersebut cara terbaiknya adalah :<br />1.Tidak bergerak sebelum imam selesai mengucapkan “Allohu Akbar”<br />2.Tidak bergerak sebelum imam sempurna gerakannya.<br />Sehingga diharapkan makmum tidak menyamai imam, & dapat bergerak serempak dengan makmumlainnya.<br />Imam disunnahkan memerintahkan makmumagar meratakan shaf.<br />Rasulullah bersabda :<br />“ Ratakan shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudaramu & tutuplah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan out memasuki sela-sela itu tak ubahnya anak kambing kecil. (H.R. Ahmad & Thabrani).<br />Dianjurkan shalat di shaf pertama serta shaf sebelah kanan.</div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-54353570399300129622009-07-22T22:21:00.000+08:002009-07-22T22:22:12.647+08:00Ukhuwah Islamiyah<div style="text-align: justify; font-family: lucida grande; color: rgb(51, 0, 0);"><span style="font-size:85%;">“<em>Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya bepisah</em>.” (H.R. Abu Daud)<br /><br />Diriwayatkan oleh Imam Mlik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata:<br />“Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Alloh tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Alloh aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Alloh berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”<br /><br />MAKNA UKHUWAH ISLAMIYAH<br />Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.<br />Hakekat Ukhuwah Islamiyah:<br />1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)<br />2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)<br />3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)<br />4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10<br />Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:<br />Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam<br />Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi)<br />Peringkat-peringkat ukhuwah:<br />Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)<br />Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.<br />Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)<br />Ta’awun adalah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran<br /><br /><br />Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:<br />1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai<br />Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.”<br />2. Memohon didoakan bila berpisah<br />“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)<br />3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa<br />“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)<br />4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)<br />“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)<br />5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)<br />6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu<br />7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya<br />8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya<br />9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan<br /><br />MANFAAT UKHUWAH ISLAMIYAH<br />1. Merasakan lezatnya iman<br />2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)<br />3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)<br /><br />Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan<br />Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14<br />Ada lagi derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta, yaitu itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai. Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain. Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya orang lain.<br />Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsure, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.</span></div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-16932665085977593842009-07-22T22:18:00.000+08:002009-07-22T22:19:46.482+08:00Ahlaqul Karimah seorang Muslim<span style="color: rgb(51, 0, 51);font-size:85%;" ><strong style="font-family: georgia;">DEFINISI AKHLAQ ISLAMI</strong><br /><span style="font-family: georgia;">Akhlaq adalah ciri khas seorang muslim yang membedakan dirinya dengan yang lain. Akhlaq Islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan generasi yang terbaik dalam peradaban manusia. Sehingga setiap muslim hendaknya menyadari ada perbedaan antara akhlaq dirinya dengan orang lain yang bukan muslim karena salah satu tugas Rasul di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia (QS.2:111, 68:4, 33:21).</span><br /><span style="font-family: georgia;">Akhlaq pula yang mengidentifikasikan manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan binatang (QS.7:179) sehingga manusia yang dalam dirinya tidak terdapat akhlaq yang selayaknya dimiliki oleh manusia, maka ia bisa lebih kejam dari binatang.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Akhlaq yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlaq merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah . Akhlaq juga merupakan buah dari ibadah (QS.29:45, 2:197).</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">“Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur aqidahnya.” (H.R.Tirmidzi)</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaqnya.” (H.R.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">“Tidak ada yang lebih bea timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaqnya.” (H.R.Tirmidzi)</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">“Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaqnya.” (H.R. Bukhari) </span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">C</span><strong style="font-family: georgia;">iri Pribadi Muslim Bertaqwa sebagai Realisasi Akhlaq yang sempurna</strong><br /><span style="font-family: georgia;">1. Mencintai Alloh diatas segala kecintaan dan menjadikan cinta ini sebagai dasar untuk mencintai yang lain seperti Rasulullah, orang tua, dsb (QS.9:24)</span><br /><span style="font-family: georgia;">2. Takut akan kemurkaan Alloh</span><br /><span style="font-family: georgia;">3. Senantiasa mengharap Ridho Alloh SWT</span><br /><span style="font-family: georgia;">4. Senantiasa merasa disertai Alloh dimanapun kita berada</span><br /><span style="font-family: georgia;">5. Senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh dalam berbagai keadaan</span><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">Contoh Akhlaq Seorang Muslim</strong><br /><span style="font-family: georgia;">1. Selalu memperkuat hubungan dengan Alloh</span><br /><span style="font-family: georgia;">2. Menjaga diri dari hal yang sybhat (samar-samar/meragukan)</span><br /><span style="font-family: georgia;">3. Menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan (QS. 24:30)</span><br /><span style="font-family: georgia;">4. Istiqomah dalam kebenaran (QS.11:113)</span><br /><span style="font-family: georgia;">5. Lemah lembut dan suka memaafkan (QS. 20:44)</span><br /><span style="font-family: georgia;">6. Penuh cinta dan kasih sayang (QS. 9:128)</span><br /><span style="font-family: georgia;">7. Benar, jujur dan tegas (QS. 33:70)</span><br /><span style="font-family: georgia;">8. Tawadlu/rendah hati (QS. 26:215)</span><br /><span style="font-family: georgia;">9. Jiwa yang siap berkorban (QS. 49:15)</span><br /><span style="font-family: georgia;">10. Menyimpan rahasia</span><br /><span style="font-family: georgia;">11. Menutupi aib orang lains</span><br /><span style="font-family: georgia;">12. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda</span><br /><span style="font-family: georgia;">13. Memenuhi janji</span><br /><span style="font-family: georgia;">14. Tidak berteman dengan orang-orang yang buruk / ikut-ikutan</span><br /><span style="font-family: georgia;">15. Tidak ghibah</span><br /><br /><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">Tata Krama yang berlaku umum untuk lelaki dan perempuan</strong><br /><span style="font-family: georgia;">1. Komunikasi antara keduanya harus dalam batas ucapan yang baik, tidak mengandung kemunkaran, tidak mengandung hal yang tidak bermanfaat,dsb (QS.33:12)</span><br /><span style="font-family: georgia;">2. Menundukkan pandangan (QS.24:30-31) kecuali dalam hal pendidikan, kesehatan/kedokteran, jual beli, dan meminang.</span><br /><span style="font-family: georgia;">3. Menghindari percampuran antat lawan jenis (ikhtilat)</span><br /><span style="font-family: georgia;">4. Tidak berkhalwat / berduaan antara lawan jenis</span><br /><span style="font-family: georgia;">5. Menghindari posisi syubhat yang memungkinkan munculnya pandangan negatif dari orang lain.</span><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">Tata Krama Khusus Wanita </strong><span style="font-family: georgia;">1. Komitmen dengan pakaian syar’i / menutup aurat (QS. 24:31, 33:59)</span><br /><span style="font-family: georgia;">2. Serius dalam berbicara / tidak mendayu-dayu (QS.33:32)</span><br /><span style="font-family: georgia;">3. Wajar dalam melakukan gerak-gerik</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">Catatan untuk Tentor :</span><br /><span style="font-family: georgia;">Permasalahan mengenai interaksi antara lawan jenis kadangkala menjadi hal yang dilematis terkait dengan relitas di lapangan. Maka dari itu, setiap tentor harus bijak dalam menjelaskan permaslahan ini, jangan sampai peserta mentoring merasa tertekan dan sebagainya. Bangun motivasi mereka untuk melakukan hal ini. Jelaskasn bahwa ketika kita mengaku sebagai seorang muslim dan mnyetakan diri kita sebagai orang yang beriman, maka mau tidak mau, konsekuensinya, kita harus melakukan aturan islam secara kaffah/sempurna. Tidak mengambil yang enaknya saja, dan meninggalkan yang lain.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Jelaskan pula bahwa permasalahan-permasalahan yang ada sebenarnya ujian dari Alloh untuk menguji keistiqomahan keimanan kita kepada Alloh. Dan selama kita bisa menjaga prinsip yang kita miliki yang sesuai dengan Islam, Insya Alloh, Allo0h akan memberi balasan yang besar kepada kita.</span><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">Cara Mencapai Akhlaq Mulia</strong><br /><span style="font-family: georgia;">1. Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber</span><br /><span style="font-family: georgia;">Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Alloh selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada hari akhir. Akhlaq yang baik akan dibalas dengan surga dan kenikmatan (QS.55:12-37). Begitu pula dengan akhlaq yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22:19-22).</span><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">2. Pendekatan secara langsung</strong><br /><span style="font-family: georgia;">Artinya melalui Al-Qur’an. Sebagai seorang muslim harus menerima Al-Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apa pun yang tertera di dalamnya wajib diikuti. Misalnya, Al-Qur’an melarang untuk saling berburuk sangka (QS.49:12), menyuruh memenuhi janji (QS.23:18),dsb</span><br /><br /><strong style="font-family: georgia;">3. Pendekatan tidak secara langsung</strong><br /><span style="font-family: georgia;">Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tak akan terulangi lagi di masa kini dan yang akan datang.</span><br /><br /><span style="font-family: georgia;">Dari hal di atas, intinya adalah latihan dan kesungguhan. Latihan artinya berusaha mengulang-ulang perbuatan yang akan dijadikan kebiasaan. Kemudian bersungguh-sungguh berkaitan dengan motivasi. Motivasi yang terbaik dan paling potensial adalah karena ingin memenuhi perintah Alloh dan siksa-Nya.</span></span>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-76472685877836103562009-07-22T22:17:00.000+08:002009-07-22T22:18:27.911+08:00Problematika Umat Islam<div style="text-align: justify; font-family: courier new; color: rgb(51, 255, 51);"><span style="font-size:85%;"><strong>A. MUKADIMAH</strong><br />Vatiahotis, wartawan far Eastern Economic Review pernah berkata, “Saya sering lupa bahwa saya berada di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.” Mengapa? Pertanyaan wartawan tersebut menggelitik bagi kita, mengapa? Karena sebenarnya inti dari jawabannya adalah belum tersosialisasikannya nilai-nilai Islam di masyarakat kita yang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim.<br />Masih jelasnya perbedaan ditengah umat kita dalam memilah-milah perbuatan ini ibadah atau tidak dan sering pula kita mendalami suatu ilmu, ini ilmu agama dan ini tidak. Inilah sebenarnya dibalik kemunduran umat islam. Pemahaman yang tidak utuh, masih seringnya kita beramai-ramai memperbincangkan masalah yang furu’I, masalah yang kecil-kecil, ini mazab saya dan ini tidak, ini Islam tradisional dan ini Islam moderat. Akan tetapi yang lebih penting, bagaimana kita menyelami nilai-nilai Islam dalam semua sisi kehidupan. Dan ini perlu penggalian konsep-konsep keislaman yang lebih banyak lagi, bagaimana ekonomi islam, manajemen islam, politik islam, pendidikan islam dan sebagainya. Dan ini hanya bisa kalau kita mau memperluas wawasan kita dan menunut ilmu dengan lebih tekun lagi, belajar, belajar, dan belajar. Dan inilah saatnya zaman kebangkitan Islam. Insya Allah.<br /><br />Tak akan mengenal Islam seseorang, jika ia tidak mengenal jahiliah.<br /><br />Sebuah ungkapan yang mungkin akrab di telinga kita. Namun yang menjadi masalah adalah kita belum memahami secara mendalam arti dari kejahiliahan itu sendiri. Banyak orang yang beranggapan bahwa jahiliyah hanya dating sebelum Islam di Jazirah Arab. Sehingga jahiliah ditentukan dengan sebuah kondisi masyarakat yang pernah ada sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang keberatan jika kondisi sekarang disebut jahiliah modern, padahal jika diamati kondisi sekarang tak ubahnya seperi kondisi yang terjadi di masa jahiliyah di zaman sebelum Rasulullah diturunkan.<br />Pada zaman ketika Islam belum turun (di Jazirah Arab) kita bisa melihat realitas kehidupan yang pekat dengan warna jahiliah. Kejahiliahan yang terjadi pada masa pra Islam (di Jazirah Arab0 merupakan kejahiliahan yang disebabkan oleh kebodohan, yaitu belum mengenal hakikat Tuhan, mereka mencari Tuhan dengan mewujudkan Tuhan dalam bentuk berhala atau apa saja, pada masa itu idak ada tata social sehingga kerusakan timbul di mana-mana. Pembunuhan, perzinaan, dan mabuk-mabukkan bukanlah hal aneh di zaman itu, fanatisme tokoh dan kabilah (suku/ras) yang akhirnya berakhir pada peperangan menjadi kemestian. Kerusakan moral yang terjadi saat itu terjadi secara vulgar tanpa kemasan apa pun.<br />Berbeda di zaman sekarang, yang manusia saat ini bangga dengan peradaban dan beradab. Kebrobokan moral dan kebodohan terbungkus oleh kemasan kebohongan yang indah. Sekarang kita lihat kecanggihan teknologi semakin menjauhkan pada hakikat penciptaan dari Allah Swt., atas nama seni para wanita bertelanjang ria, atas nama ketertiban masyarakat, pelacuran diteribkan lewat pembangunan lokalisasi, dan demi pemasukan negara (pajak), minuman keras menjadi legal dan halal bagi mereka yang berkantung tebal dan lemah iman. Peperangan sengaja diletuskan agar persenjataan laku, nasionalitas yang sempit mnjadikan negara satu dengan yang lain saling berperang.<br />Begitulah fenomena kejahiliahan yang terjdi pada masa pra-Islam yang ternyata juga terjadi di masa kini, di mana manusia (baca kita) mengaku sebagai bangsa yang beradab.<br /><br /><strong>B. KEJAYAAN ISLAM</strong><br />Sejak diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul, Nabi Muhammad menanamkan, menata dan memperbaiki umat saat iu dengan ajaran Islam, hingg kerusakan Akidah dan moral umat saat itu berubah pada kemulaan, dakwah Rasulullah tersebut diteruskan oleh para sahabat (Khulafaurasyidin). Mulai pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Islam telah berkembang sampai ke Persia, Syam dan Maroko. Masyarakat muslim saat iu benarbenar merasakan keadilan Islam saat itu. Dan Islam semakin berkembang setelah itu yaitu dibawah naungan bani Umayah dan bani Abasiah yang kemudian diteruskan oleh Khilafah Turki Utsmani. Di bawah naungan bani Umayah dan bani Abasiah Islam mencapai puncak kejayaan, wilayah Islam yang terbentang dari Arab, Persia, Romawi, Eropa, dan daratan Asia di bawah naungan Islam selama empat abad. Islam saat itu benar-benar tergambr di seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam tegak, kehidupan masyarakat tertata rapi, bangunan mesjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Hajad hidup rakyat berupa pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biaya ditanggung oleh khalifah Islam saat itu.<br />Pada sat yang sama Eropa sedang tertidur lelap oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi saat itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat pada tahun 1000 M. Akibatnya fatal, Eropa menjadi benua yang mati. Perkembangan peradaban Islam masa itu mulai masuk ke Eropa dan mulai membuka mata orang Eropa (baca Kristen). Masa bangkitnya orang Eropa saat itu sering disebut dengan masa Renaisance. Kebangkitan dilandasi pada dua hal yaitu: Keinginan mengembalikan kejayaan Yunani (paganisme) dan Romawi (filsafati). Rasa dendam terhadap pemimpin gereja yang dianggap telah membohongi dan dendam terhadap umat Islam yang telah menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.<br />Dengan latar belakang di atas, akhirnya eropa mendapat kejayaan kembali dengan meninggalkan gereja (berketuhanan) dan memusuhi umat Islam yang telah mengajari mereka (baca Eropa) tentang peradaban, sehingga memunculkan perang yang berkepanjangan sampai sekarang.<br /><br /><br /><strong>C. KERUNTUHAN ISLAM</strong><br />Dari uraian di atas kejayaan umat Islam di atas kita ketahui berama bahwa Islam tegak dan jaya hingga mampu menebar rahmat di seluruh alam semesta ini dengan menjalankan Al-Qur’an dan Sunah Rasul, hingga peradaban tegak di atas Akidah yang kukuh dihiasi indahnya akhlak umatnya. Sudah menjadi fitrah manusia yang selalu terlena, oleh nikmat dunia dengan harta dan kekuasaan, dibalik kejayaan Islam saat itu ternyata umat Islam terlena hingga lambat laun jauh dari Al-Qur’an, mereka saat itu tenggelam oleh kemewahan harta dan perebutan kekuasaan.<br />Perang Salib yang terjadi sampai tujuh kali yang berlangsung selama hampir satu abad selalu dimenangkan oleh umat Islam, karena pada saat itu umat Islam masih berpegang pada Al-Qur’an sekalipun saat itu kekuatan Nasrani dan Yahudi bersatu utuk memadamkan cahaya Islam. Puncak kekalahan umat Islam adalah terjadinya peristiwa bersejarah pada tanggal 3 Maret 1924, Khalifah Turki Uutmani telah dihapuskan oleh umat Islam sendiri (Musthofa Kemal Pasha). Turki saat itu sebagai symbol kekuatan Islam, runtuh digantikan dengan system Barat yang dianggap lebih modern dan maju yaitu dengan merunuhkan pelaksanaan ajaran Islam. Saat ini di Turki sekolah Islam ditutup, simbol-simbol Islam (jilbab, bahasa Arab, mesjid, dll) dihapus. Dengan cara inilah umat Islam akhirnya terkalahkan, terbukti saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam sehingga mereka kehilangan identitasnya sebagai Muslim. Islam hanyalah sekedar symbol, Islam identik dengan kebodohan, kemiskinan, dan terpecah-belahnya negeri Islam.<br />Dari fenomena yang terjadi, penyebab runtuhnya bangunan umat Islam ternyata tidak hanya karena serangan dari kaum kafir saja akan tetapi juga karena semakin lemahnya umat Islam dalam berinteraksi dengan ajaran Islam yang dianutnya, berikut yang menyebabkan lemahnya umat Islam saat ini:<br />1.Kondisi umat Islam dewasa ini memprihatinkan. Sebagian umat Islam telah jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an dan sunah sehingga kehilangan identitasnya sebagai seorang Muslim. Mereka tidak lagi merasa bangga terhadap keislamannya, namun justru merasa aneh ketika melihat saudaranya yang taat menjalankan perintah agamanya dan memiliki komitmen terhadap keislamannya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi sebagian dari mereka (umat Islam) tidak memahami Islam itu sendiri, yang mempunyai sifat menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan. Islam hanya dipandang sebagai ritual ibadah, identik dengan masjid, pengajian, dan sebagainya, yang semuanya identik dengan kelemahan, kebodohan, dan kemiskinan. Akibatnya umat Islam benar-benar terjebak dalam kondisi kerusakan.<br />Diantara hal-hal yang menjadi penyebab kerusakan umat adalah:<br />a.Umat Islam zholim dari Al-Qur’an dan sunah.<br />Sebagian besar umat Islam saat ini tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya. Al-Qur’an tidak dibaca dan tidak dijaikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya berbagai kerusakan dan kemunduran terjadi dalam tubuh umat tanpa bisa dibendung. Sat ini sangat sedikit di antara umat Islam yang membaca Al-Qur’an dan konsisten membacanya. Diantara yang membacanya, sangat sedikit pula yang mengamalkannya. Kebanyakan umat jahil dari Al-Qur’an, bahkan berpaling kepada berbagai ideology yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.<br /><br /><br /><br />b.Umat Islam terkena penyakit wahn.<br />Yaitu cinta dunia dan takut akan maut (kematian), ini dapat dilihat dari umat yang mempunyai pola pikir materialistis, praktis dan hedonis jauh dari orientasi akhirat (Q.S. 9:38-41 dan Q.S. 4:77-78)<br />c.Tidak ada ukhuwah kecuali sedikit.<br />Kepedulian tehadap sesama umat Islam sangat kecil. Umat di satu negeri hampir-hampir tidak mempedulikan keadaan saudaranya di negeri lain. Umat terkena pula penyakit ananiyah (egois). Baginya, keselamatan diri dan keluarga yang penting, orang lain belakangan. Padahal Rasulullah bersabda : “ Tidak beriman salah seorang kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”<br />Akibatnya, umat sangat lemah. Musuh-musuh Islam dengan mudah menjajah dan menindas umat Islam, karena umat Islam di berbagai negeri hampir tidak saling peduli atau menolong bila sebagian ditimpa kesulitan.<br />2. Pihak di luar Islam (kafir) yang tidak menghendaki Islam<br />yaitu adanya invasi pemikiran. Kekalahan beruntun pasukan kaum kafir dalam perang salib memberikan pelajaran kepada mereka untuk mencari strategi lain yang lebih jitu untuk memerangi kaum muslimin. Karena itu, kaum kafir saat ini menyerang kaum muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlaknya, mudahlah bagi kaum kafir untuk mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari invasi pemikiran adalah agar kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada kaum kafir.<br /><br />Untuk mengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah islamiyah untuk menyingkirkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Hingga umat Islam menyadari tugas dan fungsinya yang harus dijalankan di muka bumi ini. Dakwah Islamiyah dengan membina kembali umat Islam (tarbiyah islamiyah) umat Islam memahami Islam secara integral (menyeluruh), tidak sekedar symbol tanpa makna. Solusi permaslahn tersebut harus dimulai dengan memperbaiki diri sendiri dan beberapa hal yang harus diupayakan adalah:<br />1.Kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkannya.<br />2.Membersihkan diri dari penyakit wahn dengan menanamkan niat yang kuat untuk berjuang di jalan Allah.<br />3.memeperkuat ukhuwah Islamiyah mulai dari lingkungan yang kecil.<br />4.Mempelajari konsep-konsep Islam agar terhindar dari invasi pemikiran.</span></div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-23144769698939296442009-07-22T22:16:00.000+08:002009-07-22T22:17:20.423+08:00Peranan Mahasiswa Islam<div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(255, 0, 0);"><span style="font-size:85%;">Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan Karena memiliki kemampuan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.<br />Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik.dealis berari (sehrusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebabni oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang lebih besar. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideology manakala dia telah meyakini kebenaran ideology itu.<br />Dengan potensi itu, wajar jika pada setiap zaman kemudian pemuda memegang peranan pening dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemudi kahfi (Q.S. 18: 9-26) yang masing-masing sigap menerima kebenaran.<br />Ada ulama yang kemudian menyampaikan bahwa pemuda memiliki 3 peran:<br />1.Sebagai generai penerus (Q.S Ath Thur : 21); meneruskan nilai-nilai kebaikan yag ada pada suatu kaum.<br />2.Sebagai generasi pengganti (Q.S. Maidah : 54); menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut celaan orang yang mencela.<br />3.Sebagai generai pembahari (Q.S. Maryam : 42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum.<br />Islam adalah sebuah ideology yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam yang syumul, mewarnai seluruh aspek kehidupn dan mengatur seluruh bagian manusia.<br />Berbicara tentang perubahan, tentunya akan memunculkan pertanyaan mengapa harus ada perubahan? Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa masyarakt (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yanh mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.<br />Melakukan perubahan adalah perintah si dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam sebiuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rudi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan –apalagi membiarkan perubahan ke arah yang lebih buruk- berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga di dalam Ali Imran:104 Allah memerintahkan agar ada kaum yang menyeru kepada kebaikan –sebagai sebuah perubahan.<br />Dengan mengetahui sedimikian hebat dan canggihnya usaha musuh-musuh Islam khususnya Yahudi di dalam memurtadkan atau minimal mensekulerkan kaum muslimin, dan hasil usaha mereka telah mencengkeram berurat berakar pada tubuh kaum muslimin, tibul pertanyaan : Apakah kondisi yang demikian parah tidak dapat dirubah? Lalu siapakah yang mampu merubah kondisi tersebut? Dan bagaimana caranya?<br />Sudah merupakan sunatullah bahwa pergiliran kemenangan merupakan suatu kepastian yang akan terjadi. Maka perubahan menuju kejayaan Islam dan kaum muslimin bukanlah suatu hal yang mustahil. Yang paling bertanggungjawab akan kebangkitan Islam bukanlah orang lain melainkan tentu saja umat Islam itu sendiri, khususnya para pemuda pemudi dan lebih khusus lagi para mahasiswa dan mahasiswi Islam.<br />Sejarah membuktikan unsur utama perubah kekalahan menjadi kemenangan adalah generasi muda. Sejak zaman para nabi hingga sekarang para pemudalah yang menjadi garda depan perubahan kondisi ummat.<br />Para pemuda seharusnya menyadari bahwa inilah saat yang paling tepat untuk beubah dan ikut merubah kondisi. Rasulullah bersabda: Gunakanlah lima perkara sebelum dating lima perkara yaitu :<br />1.Hidupmu sebelum matimu<br />2.Kesehatanmu sebelum sakitmu<br />3.Masa luangmu sebelum kesibukanmu<br />4.Masa mudamu sebelum masa tuamu<br />5.Masa kayamu sebelum masa miskinmu<br />Untuk perisai bagi terjaganya waktu muda maka perlu memperhatikan suatu riwayat tentang adanya pertanyaan penting di akhirat kelak khususnya kepada para pemuda yakni:<br />1.Umurnya, untuk apa ia habiskan?<br />2.Tentang masa mudanya, juga untuk apa ia manfaatkan?<br />3.Hartanya, darimana ia peroleh dan kemana ia infakkan (keluarkan)?<br />4.Ilmunya, apa yang telah ia lakukan dengan ilmunya itu?<br /><br />Masa muda memang penuh tantangan yang harus digunakan untuk mencapai kedewasaan, kematangan dan kepribadian Islami yang benar-benar tangguh. Seorang pemuda yang banyak melakukan penyimpangan akhlak, pemikiran dan tugas-tugas dimana letak keindahannya? Untuk itu Ia harus memperbaiki diri bersama Islam, bersama orang-orang shaleh, yang bersama-sama meningkatkan kualitas akhlaknya, Ilmu, wawasan, amal, kekuatan fisik dan kemandirian.</span></div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6514775693395848742.post-8992960597595339382009-07-22T22:10:00.000+08:002009-07-22T22:14:34.573+08:00Urgensi Tarbiyah<div style="text-align: justify; font-family: verdana; color: rgb(0, 0, 153);"><span style="font-size:85%;">Dalam kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan (tarbiyah) menududki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan. Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip yang mendasarinya sehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam.<br />Seseorang yang telah dididik dengan pola pendidikan Islam, sikap dan perilakunya akan merupakan refleksi total dari keutuhan dirinya yang telah tersibghah nilai-nilai Islam. Akibatnya integritas Islamnya kukuh dan gaya hidupnya Islami. Tidak akan terjadi split personality (kepribadian pecah) yang mengakibatkan seorang muslim kehilangan kepribadiannya dan terseret ke dalam arus gaya hidup yang lain.<br />Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin.<br /><br /><strong>ARTI PENTING TARBIYAH ISLAMIYAH</strong><br />Barangkali tidak akan ada yang menyangkal bahwa Muslim yang istiqomah dengan Islam atau dengan kata lain yang berpegang teguh pada din Allah merupakan modal dasar terbenuknya masyarakat Islam. Ia adalah batu bata yang dapat disusun menjadi bangunan. Semakin tinggi dan besar suatu bangunan maka semakin memerlukan batu bata yang kuat dan kukuh. Di sisi lain berpegang teguh dengan din Allah adalah dasar umum bagi penyelesaian krisis keimanan yang melanda kaum muslimin terutama para pemudanyya. Karena ittu peranan tarbiyah dalam upaya mengatai munculnya gejala krisis konfedensi di kalangan kaum muslimin yang diakibatkan oleh derasnya arus ghazwl fikri (perang pemikiran) semakin jelas. Secara ringkas urgensi dari tarbiyah Islamiyah ini terlihat jelas pada peranannya dalam kehidupan ini.<br /><br />1. Membentuk generasi yang Islami<br />Pendidikan islami (tarbiyah Islamiyah) adalah satu-satunya cara terbaik dalam membentuk individu berkepribadian, masyarakat yang ideal dan peradaban kemanusiaan yang tinggi. Hubungan ketiga aspek tersebut saling terkait, karena terbentuknya masyarakat ideal. Sedangkan terbentuknya masyarakat ideal merupakan medium terbentunya peradabn kehidupan manusia yang tinggi.<br />Apabila ketiga aspek tersebut terwujud maka akan melahirkan kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan hidup. Semua itu dapat diwujudkan melalui Tarbiyah Islamiyah.<br /><br />2. Merupakan kebutuhan manusia<br />Manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai insting, watak, dan kecenderungan yang berbeda-beda. Ada orang yang didalam kehidupannya dijajah oleh nafsu. Perilaku tersebut tidak ubahnya seperti binatang. Tetapi ada pula manusia yang mampu meningkatkan derajadnya ke tingkat yang paling tinggi. Namun ada juga manusia yang mengikuti kehendak syetan.<br />Jika manusia dibiarkan dengan kecenderungan dan watak masing-masing tanpa ada upaya pembentukan melalui media pendidikan yang sesuai dengan fitrah kejadiannya, niscaya panorama bumi akan diwarnai dengan kezaliman dan permusuhan.<br />Sehubungan dengan itu satu-satunya media untuk menyelamatkan manusia dari kenistaan dan jeratan konflik akibat adanya pertentangan ialah tarbiyah islamiyah yang menyeluruh terutama pembinaan iman dan keyakinan.<br /><br />3. Tarbiyah Islamiyah adalah suatu kewajiban agama<br />Pendidikan islam adalah wajib, karena ia merupakan sarana terlaksananya kewajiban din yaitu ibadah. Ta’lim adalah bagian dari tarbiyah dan ibadah tidak sah tanpa mengetahui hokum dan syarat sahnya ibadah. Atas dasar tersebut Rasulullah SAW bersabda “ Menuntut ilmu itu ajib bagi setiap Muslim”.<br /><br />Itulah beberapa bukti dan pertimbangan yang memastikan urgensi tarbiyah islamiyah salam kehidupan. Tetapi perlu kita sadari bahwa tanpa adanya tarbiyah yang terarah dan sistemik mustahil akan mencetak insan yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah.<br /><br /><strong>PENGERTIAN TARBIYAH ISLAMIYAH</strong><br />Dari segi bahasa tarbiyah islamiyah bermakna: Rabba-yarbu (tumbuh berkembang), rabbiya-yarba (tumbuh secara alami), rabba-yarabbu (memperbaiki, meningkatkan). Sedangkan secara istilah Tarbiyah Islamiyah adalah memperbaiki sesuatu, menjaga serta memeliharanya.<br />Tarbiyaah memiliki pengertian cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (dengan kata-kata) ataupun secara tidak langsung (dengan keteladanan) untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.<br />Tarbiyah Islamiyah berarti proses mempersiapkan orang dengan persiapan yang menyenuh seluruh aspek kehidupan meliputi jasmani, ruhani, dan akal pikiran. Demikian juga dengan kehidupan duniawinya, dengan segenap aspek hubungan dan kemaslahatan yang mengikatnya, dan kehidupan akhirat dengan segala amal yang sihisabnya yang membuat Allah ridha atau murka.<br />Jadi secara ringkas tarbiyah islamiyah adalah proses penyiapan manusia yang saleh, yakni agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan, dan tindakannya secara keseluruhan. Keseimbangan potensi yang dimaksud adalah hendaknya jangan sampai kemunculan potensi menyebabkan lenyapnya potensi yang lain atau suatu potensi sengaja dimandulkan agar muncul potensi yang lain.<br />Juga keseimbangan antara potensi ruhani, jasmani, dan akal pikiran, keseimbangan antara kebutuhan primer dan sekundernya, antara cita-cita dan realitasnya, antara jiwa ambisi pribadi dan jiwa kebersamaannya, antara keyakinan kepada alam ghaib dan keyakinan pada alam kasat mata, keseimbangan antara makan, minum, pakaian, dan tempat tinggalnya, tanpa adanya sikap berlebih-lebihan si satu sisi dan pengabaian di sisi yang lain. Benar-benar keseimbangan yang mengantarkan pada sikap yang adil dalam segala hal.<br /><br /><strong>TUJUAN TARBIYAH ISLAMIYAH</strong><br />Secara umum terbiyah islamiyah bertujuan membentuk manusia yang hanya beribadah kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah baik yang berupa wahyu atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini.<br />Dalam rangka mewujudkan hal tersebut dijabarkan dalam tiga tujuan utama dari tarbiyah islamiyah, yaitu:<br />1. Terbentuknya Tashawur (persepsi) Islami yang jelas.<br />Islam sebagai din, sebagai pedoman hidup dari Allah SW mencakup seluruh aspek kehidupan dan perilaku untuk seluruh zaman dan ummat manusia. Ketidakmenyeluruhan persepsi terhadap Islam akan mengakibatkan Islam terisolasi dari pentas kehidupan, juga menjadi sumber bid’ah, khurafat, takhayul, dan tradisi jahiliyah serta berbagai kontradiksi. Bahaya persepsi yang parsial (Juz’I) dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah:85 sedangkan kejelasan dan keuniversalan Islam terlihat pada firman Allah Q.S. An-Nisaa’:89.<br />2. Membentuk Syakhsiyah Islamiyah (pribadi yang Islami)<br />Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bahan utama pembentuk kepribadiannya, sehingga identitas dirinya benar-benar mencerminkan keislamannya.<br />Komponen dasar bagi terbentuknya kepribadian seseorang adalah keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran, watak, performa, dan perilaku. Dan akidah islamiyah adalah dasar pembentukan dari semua komponen tersebut.<br />Tarbiyah ilamiyah diharapkan menghasilkan buah yang baik. Buah yang diharapkan dari pembinaan islami (tarbiyah islamiyah) adalah terciptanya sosok pribadi Muslim yang ideal, pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim yang mengimplemetasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, tidak hanya bagian per bagian.<br />Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang muslim, antara lain:<br />1. Lurus aqidahnya<br />Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Qur’an Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya.<br />2. Benar Ibadahnya<br />Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.<br />3. Terpuji Akhlaknya<br />Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.<br />4. Berwawasan Luas<br />Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.<br />5. Kuat Fisiknya<br />Rasulullah bersabda “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan” (HR. Muslim)<br />Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.</span></div>Urgensi Tarbiyahhttp://www.blogger.com/profile/05426905719323254923noreply@blogger.com0